Julio Itu Temperamental dan Suka Berkata Kasar, Ini Kata Saksi-Saksi

id barito timur, polres bartim, julio guterres, polsek patangkep tutui, kalimantan tengah

Julio Itu Temperamental dan Suka Berkata Kasar, Ini Kata Saksi-Saksi

Pemilik mess karyawan PT SIL, Jaka memperlihatkan lengan kanan atas dan wajah bagian kanan bekas pukulan dari mendiang Julio Gueteres kepada wartawan, Rabu. (Foto Antara Kalteng/Habibullah)

Tamiang Layang (Antara Kalteng) - Julio Gueteres (41), yang tertembak dalam aksi Kepolisian di Patangkep Tutui, Barito Timur, akibat disangkakan melakukan penganiayaan dan pengancaman terhadap temannya Jaka, ternyata terkenal dengan sifat temperamental dan suka berkata kasar. 

Tetangga Julio, Yuliana kepada wartawan menerangkan, dirinya tetangga selama enam bulan bersebelahan kamar di mess karyawan milik Jaka.

"Selama enam bukan saya sering mendengar Pak Julio berkata-kata kasar seperti ingin saya tebas, saya bunuh, saya parangi semacam itu," ungkapnya wanita berhijab dan tengah hamil tua itu, Rabu. 

Kondisi yang tak kondusif di mess itu, membuat Yuliana sering mengajak suaminya untuk pulang kampung mencari kerja di tanah kelahiran di Pulau Jawa saja, karena karakter Julio yang pemarah membuat takut tetangga lainnya, hingga dirinya pernah bermalam di rumah orang kampung. 

"Saya dengan suami juga bingung. Tidak ada masalah apa-apa, pak Julio langsung marah-marah dan terkadang melampiaskan ke kami dan pernah kami tidak tidur di mess selama sepekan dan melaporkan ke Pak Jaka," ungkapnya.

Selain itu, Yuliana juga menerangkan bahwa dirinya sering mendengar tetangganya Julio itu sering berbicara sendiri tanpa ada orang menemani. 

Pemilik mess karyawan PT Sendabi Indah Lestari (SIL), Jaka mengatakan, dirinya semula tidak mengenal baik dengan Julio, tapi hanya mengetahui sebagai pengangguran saja yang membutuhkan pekerjaan. 

"Saya tampung dia di mess untuk memperoleh pekerjaan. Itu sembilan bulan yang lalu," katanya. 

Selama sembilan bulan di mess, banyak peristiwa yang terjadi atas sikap Julio yang tempramental. Terkadang marah dan mendesak meminta sejumlah uang dalam nilai jutaan rupiah. 

"Pada saat kejadian, almarhum meminta ATM miliknya yang saya tidak mengetahui keberadaannya. Saya bilang tidak tahu ATM, saya tidak mengambil. Jika ingin dikirim ke seseorang atau keluarga maka saya akan transferkan. Namun almarhum tetap meminta ATM-nya untuk mengirim ke anaknya," terang Jaka. 

Saat itu, lanjut Jaka, almarhum pun kian marah hingga memukul kepala bagian wajah kanan dan lengan kanan atas hingga lebam dan memar. 

Saksi lain, Alfredo mengatakan, dirinya sengaja didatangkan oleh Jaka untuk berkomunikasi dengan Julio. 

"Saat datang, pak Jaka dalam kondisi wajah bengkak. Saya tanya kenapa? Dijelaskan pak Jaka, bahwa yang melakukan adalah Julio yang sedang marah karena meminta ATM untuk mengirim sejumlah uang," kata Alfredo. 

Dijelaskan Alfredo lagi, dirinya langsung mendatangi Julio di mess dan berkomunikasi sambil menanyakan uang itu dikirim kemana dan ke siapa. 

"Julio berkata untuk dikirim ke isterinya yang baru melahirkan tetapi sepengatahuan saya isteri Julio sudah meninggal dunia," kata pria yang dijadikan tokoh orang timur itu. 


Namun sebelumnya, terang Alfred, dirinya sempat berkomunikasi dengan Julio beberapa hari sebelum kejadian untuk memulangkan Julio ke kampung halamannya. 

Namun Julio meminta dipulangkan ke Mataram. Padahal kampung halamannya berada di Kupang. Hal ini memang janggal. 

"Saya tanya, kalau ke Mataram ke tempat siapa dan mau kerja apa? Lebih baik pulang saja ke Kupang. Masalah tiket tidak usah dipikirkan," ungkapnya seraya bantuan tiket didapat dari pak Jaka.