Lagi! Debit Sungai Barito Naik, Tongkang Kembali Dilarang Berlayar

id Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Utara, Muhammad Nurdin, Debit Sungai Barito Naik, Tongkang Kembali Dilarang Berlayar

Lagi! Debit Sungai Barito Naik, Tongkang Kembali Dilarang Berlayar

Sebuah perahu bermotor (klotok) melintas di sekitar lanting (bangunan terapung) di Sungai Barito yang debit airnya naik atau di atas nornal di Muara Teweh, Selasa. (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah kembali melarang tongkang yang mengangkut batu bara dan kayu melewati bawah Jembatan KH Hasan Basri karena debit air Sungai Barito naik.

"Sejak Minggu (28/5) semua angkutan tambang dan kayu kembali dilarang melewati jembatan karena permukaan air Sungai Barito di atas normal," kata Kepala UPTD Dermaga Muara Teweh pada Dinas Perhubungan Barito Utara Muhammad Nurdin di Muara Teweh, Selasa.

Sejumlah tongkang bermuatan batu bara maupun kosong sempat melintasi jembatan KH Hasan Basri pada pekan lalu saat debit Sungai Barito normal, namun kini kembali dilarang berlayar.

Kenaikan debit air di pedalaman Sungai Barito itu akibat curah hujan tinggi, terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya dan sebagian lainnya karena air sungai meluap di kawasan Kabupaten Barito Utara.

Ketinggian air permukaan Sungai Barito pada Selasa (30/5) pagi skala tinggi air (STA) Muara Teweh tercatat 12.50 meter menunjukkan angka di atas normal sehingga tongkang dan kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan sepanjang 270 meter yang dibangun pada 1990 itu.

"Untuk sementara transportasi sungai khususnya angkutan kapal bertonase besar dari hulu ke hilir dihentikan sampai kondisi air sungai turun," kata Nurdin.

Ia mengatakan, sebagian besar angkutan kapal tunda (tugboat) dan tongkang batu bara sudah berlayar sebelum ketinggian air Sungai Barito di atas normal.

Namun sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara milik perusahaan pemegang izin kuasa pertambangan (KP) dan pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) terutama di wilayah hulu atau utara terpaksa bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito karena tidak bisa melewati jembatan.

"Sejumlah tongkang masih ada tertahan di wilayah hulu, sebagian besar sudah lewat saat air belum naik," katanya.