Innalillahi! Bayi Hidrosefalus di Barut Meninggal Dunia

id Bayi Hidrosefalus, asal barut, meninggal dunia

Innalillahi! Bayi Hidrosefalus di Barut Meninggal Dunia

Ketua KNPI Barito Utara Wardatun Nur Jamilah saat mengunjungi bayi penderita hisrosefalus ketika masih hidup di Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah. (Istimewa)

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Bayi penderita hidrosefalus Muhammad Fadil, anak warga Desa Pendreh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah meninggal dunia di desanya pada Rabu (28/6) sekitar pukul 06.00 WIB.

"Sebelum meninggal dunia, Fadil tidak mengalami sakit apa-apa, kecuali yang dideritanya sejak lahir yakni menderita hidrosefalus," kata Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia Barito Utara Wardatun Nur Jamilah di Muara Teweh, Rabu.

Muhammad Fadil putra ketiga dari pasangan Predi dan Sali itu meninggal dunia dalam usia 38 hari yang dilahirkan melalui operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Muara Teweh.

Menurut Wardatun, proses meninggal dunia bayi ini cukup mendadak karena menurut orang tuanya tidak ada sakit atau keluhan lain.

Dirinya mendapat kabar duka ini dari ayah bayi (Predi), setelah itu langsung melayat ke Desa Pendreh dan sempat ikut pemakaman bayi itu di kuburan desa setempat sekitar pukul 09.00 WIB.

"Mungkin Allah SWT sayang kepada dia dan itulah jalan yang terbaik, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan dan kesabaran," katanya.

Wardatun menjelaskan bayi penderita hidrosefalus Muhammad Fadil ini pada awal bulan Juni 2017 dirujuk untuk mendapat pengobatan ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Doris Sylvanus Palangka Raya namun batal dioperasi.

Saat itu Fadil kondisinya stabil, namun sangat disayangkan dia tidak bisa dioperasi untuk pengobatan hidrosefalusnya, disebabkan berdasarkan hasil CT scan di RSUD Doris Sylvanus ternyata penyakit yang diderita bukan hanya hidrosepalus tetapi juga hydranencephaly.

"Sesuai hasil konsultasi dengan dokter bedah syaraf RS Doris Sylvanus Palangka Raya dr Alfan Syah Putra Nasution SpBS, penyakit hydranencephaly adalah penderita hidrosefalus sekaligus kondisi bayi dilahirkan tanpa mempunyai otak besar, sehingga mengakibatkan bayi tersebut tidak bisa berkembang," katanya.

Jadi, katanya lagi, apabila bayi putra ketiga dari pasangan Predi dan Sali itu tetap dipaksakan dioperasi penyakit hidrosefalusnya, maka dikhawatirkan akan timbul infeksi yang lebih membahayakan nyawanya.

"Berdasarkan hasil konsultasi tersebut dan keinginan keluarga Fadil (ayahnya, Red), maka diputuskan bayi tersebut dipulangkan kembali ke tempat asalnya di Desa Pendreh ketika itu," kata Wardatun yang juga anggota DPRD Barito Utara dari Fraksi PPP.

KNPI Barito Utara sebelumnya melakukan pengawalan terhadap kesehatan bayi tersebut dengan membawa berobat untuk dirujuk ke Palangka Raya melalui pengurusan fasilitas BPJS kesehatan, selain itu menggalang dana bersama organisasi pemuda lainya di Muara Teweh dan Palangka Raya untuk membantu biaya untuk orang tua bayi tersebut.