Korban Banjir di Banama Tingang Enggan Direlokasi, Wakapolda Kalteng Cek ke Lokasi

id Wakapolda Kalteng, Kombes pol Dedy Prasetyo, banjir pulpis

Korban Banjir di Banama Tingang Enggan Direlokasi, Wakapolda Kalteng Cek ke Lokasi

Wakapolda Kalteng Kombes Pol Dedy Prasetyo bersama pejabat utama Polda setempat memberikan bantuan sembako serta mengecek lokasi banjir di Desa Pahawan, Kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Pulang Pisau, Kamis (20/7/2017). (Foto Antara Kalteng/Adi Wi

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Sebanyak 700 jiwa yang bermukim di Desa Pahawan, Kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Pulang Pisau enggan direlokasi dari pemukimannya, meski saat ini lingkungannya terendam banjir setinggi dada orang dewasa.

"Selain melakukan pengecekan lokasi banjir yang merendam pemukiman warga, kita juga memberikan ratusan bantuan sembako bagi korban banjir. Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir yang melanda desa ini, tetapi para orangtua wajib menjaga anak-anaknya karena arus air cukup deras," kata Dedy ketika mengecek lokasi banjir didampingi pejabat utama Polda setempat, Kamis.

Dedy mengatakan dirinya sudah meminta Kapolres Pulpis untuk segera berkoordinasi dengan pemda setempat guna memberikan bantuan. Baik itu sembako maupun bantuan obat-obatan bagi warga setempat.

"Untuk bantuan pengobatan dalam waktu dekat kita akan berikan dengan membangun posko di sekitar lokasi banjir," katanya.

Di lain pihak, Kepala Desa Pahawan Panorama Delawati membenarkan bahwa korban banjir di desanya itu mengalami gatal-gatal serta demam akibat banjir yang melanda pemukiman tersebut.

Masyarakat setempat juga masih memerlukan bantuan obat-obatan guna memberikan pertolongan awal, bagi mereka yang terserang penyakit akibat banjir tersebut.

"Pengobatan yang diberikan melalui puskesmas setempat sudah ada. Sayangnya belum begitu maksimal, maka dari itu kita sangat memerlukan bantuan dari pemerintah setempat ataupun dari perusahaan lainnya," ungkapnya.

Di lokasi yang sama salah satu korban banjir bernama Yulita sudah biasa dengan kondisi banjir yang membanjiri kediamannya itu. setiap tahunnya desa yang membesarkan ke empat orang anaknya itu sudah menjadi langganan banjir.

"Makanya kami tidak mau direlokasi ke daratan yang lebih tinggi. Hal seperti ini sudah terbiasa kami alami, kendati tahun ini tingginya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," kata dia.

Ibu empat orang anak itu tidak menampik bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan dari pemda setempat. Apalagi akibat bencana banjir tersebut, suaminya tidak bisaa bekerja seperti biasanya.

"Mau tidak mau kita membutuhkan bantuan dari mana saja agar kami bisa bertahan hidup sembari air turun dan tidak merendam desa kami. Sehingga aktivitas pekerjaan kami kembali normal seperti biasanya," tutup dia.