Nelayan Diminta Tak Memaksakan Diri Melaut

id Nelayan Kotim, melaut, sampit, kotawaringin timur, Polair Polda Kalimantan Tengah

Nelayan Diminta Tak Memaksakan Diri Melaut

Kasat Patroli Daerah Ditpolair Polda Kalteng, AKBP Sulistiyono menyambangi warga pesisir untuk sosialisasi kamtibmas, Rabu (9/8/17). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Kami selalu mengingatkan itu kepada nelayan saat kami patroli. Ini merupakan upaya pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,"
Sampit (Antara Kalteng) - Nelayan di perairan Kalimantan Tengah diminta tidak memaksakan diri mencari ikan ke laut saat gelombang tinggi dan angin kencang karena sangat membahayakan keselamatan.

"Kami selalu mengingatkan itu kepada nelayan saat kami patroli. Ini merupakan upaya pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Direktur Polair Polda Kalimantan Tengah Kombes Polisi Badarudin melalui Kepala Satuan Patroli Daerah, AKBP Sulistiyono di Sampit, Rabu.

Berdasarkan data, potensi laut Kalimantan Tengah mencapai 94.500 km2, sedangkan perairan umum dengan luas sekitar 2,29 juta hektare. Provinsi ini memiliki sekitar 750 kilometer pantai laut di Selatan yang merangkai tujuh kabupaten, yakni Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas, Sukamara, Seruyan, Katingan dan Pulang Pisau.

Kotawaringin Timur merupakan salah salah satu daerah penghasil ikan laut yang cukup besar di Kalimantan Tengah. Konsentrasi nelayan tersebar di sejumlah kecamatan seperti Teluk Sampit, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Mentaya Hilir Utara.

Markas Komando Direktorar Polisi Perairan Polda Kalimantan Tengah berada di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Patroli pun rutin dilakukan menggunakan kapal yang dimiliki dengan menyambangi nelayan, khususnya yang tinggal di bantaran Sungai Mentaya. Kegiatan serupa juga dilakukan di kabupaten lainnya.

"Kami mengimbau nelayan mengutamakan keselamatan. Cuaca buruk harus dihindari agar tidak sampai terjadi kecelakaan akibat gelombang tinggi," kata Sulistiyono.

Sebulan terakhir, gelombang laut sedang tinggi sehingga nelayan tidak berani melaut. Kondisi ini sangat membahayakan, apalagi sebagian besar nelayan di Kotawaringin Timur menggunakan perahu tradisional berukuran kecil.

Saat cuaca buruk, gelombang tinggi tidak hanya terjadi di laut, tetapi hingga ke muara, bahkan sampai ke alur Sungai Mentaya. Angin kencang membuat gelombang di sungai lebih tinggi dari biasanya sehingga membuat masyarakat waspada.

"Saat gelombang tinggi, nelayan banyak yang berdiam diri di rumah. Paling mengisi waktu dengan memperbaiki perahu dan alat tangkap. Kami berharap pemerintah membantu warga supaya ada usaha sampingan sehingga bisa tetap mendapat penghasilan saat tidak bisa melaut," harap Penjabat Kepala Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit, Muslih.

Ikan hasil tangkapan nelayan biasanya dijual ke sejumlah pasar, khususnya di Sampit. Namun saat pasokan ikan berkurang akibat gelombang tinggi, sebagian pedagang juga mendatangkan ikan dari kabupaten lain seperti Seruyan, bahkan Banjarmasin Kalimantan Selatan.