Pembalap Kotawaringin Timur Merasa Diberi Harapan Palsu

id kotawaringin timur, pembalap kotim, Harapan Palsu, balap motor

Pembalap Kotawaringin Timur Merasa Diberi Harapan Palsu

Ilustrasi - Pembalap. (Istimewa)

Saat ini kami tidak memiliki wadah atau sirkuit untuk latihan. Bagaimana mau memunculkan bibit baru, untuk bibit yang lama saja tidak berkembang karena tidak diakomodir,"
Sampit (Antara Kalteng) - Atlet balap motor di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, merasa diberi harapan palsu karena janji pemerintah daerah mengintensifkan pembinaan dan membangun sarana latihan, tidak juga direalisasikan.

"Kini pembalap asal Sampit banyak yang tidak ikut event bergengsi di tingkat provinsi dan nasional. Ini karena kurang pembinaan. Atlet tidak diperhatikan pemerintah daerah," kata salah satu pegiat otomotif Kotawaringin Timur, Muhammad Hasbi Asshidiqi di Sampit, Senin.

Kondisi ini cukup sangat disayangkan karena olahraga otomotif, khususnya balap motor, bukan hal asing di Kotawaringin Timur. Bahkan dulu pembalap Sampit sangat diperhitungkan di ajang balap motor di tingkat provinsi dan nasional.

Sejak 1997 hingga 2009, Sampit tidak pernah absen menggelar lomba balap motor. Tahun 2005, pembalap Sampit yakni Fredi Setiawan menjadi juara nasional pemula di sirkuit Sentul, tahun 2006 pembalap Kotawaringin Timur menyapu bersih perolehan medali yakni empat emas Porprov VIII Kalimantan Tengah, serta tahun 2010 berhasil meraih empat medali emas dari lima medali yang diperebutkan dalam Porprov IX Kalimantan Tengah.

Namun kini prestasi jarang diraih karena pemerintah dinilai tidak peduli. Jika pun ada pembalap yang mengikuti event, umumnya dengan inisiatif sendiri.

Regenerasi pembalap untuk mencari bibit pembalap handal juga dinilai sulit. Janji pemerintah daerah sejak beberapa tahun lalu yang ingin membangun sirkuit balap motor, hingga kini hanya sebatas janji.

Bahkan saat ini atlet balap Kotawaringin Timur yang rencananya akan mengikuti cabang olahraga otomotif di Porprov 2018 di Kabupaten Barito Utara, terancam gagal. Mereka tidak ingin tampil asal-asalan tanpa ada latihan maksimal, sementara sarana latihan tidak ada.

"Saat ini kami tidak memiliki wadah atau sirkuit untuk latihan. Bagaimana mau memunculkan bibit baru, untuk bibit yang lama saja tidak berkembang karena tidak diakomodir," tegas Hasbi.

Pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan sejumlah lokasi untuk dijadikan tempat latihan, seperti Taman Kota Sampit dan halaman belakang kantor Dinas Perhubungan, namun tidak disetujui. Padahal latihan dan event mutlak dibutuhkan untuk mengasah kemampuan para pembalap Kotawaringin Timur.

Hasbi mencontohkan, Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, sukses melahirkan pembalap-pembalap handal karena pemerintah daerah setempat memberi dukungan serius. Bahkan taman kota setempat dimanfaatkan untuk menggelar event road race hingga empat kali dalam setahun.

Ketidakpedulian pemerintah daerah dikhawatirkan akan membuat semangat dan prestasi pembalap Kotawaringin Timur terus merosot. Padahal selain bisa menyalurkan bakat untuk meraih prestasi, pembinaan atlet balap juga menjadi solusi mengakomodasi remaja agar tidak melakukan balapan liar di jalanan.

Bupati H Supian Hadi dalam beberapa kesempatan sudah menjanjikan akan membangun sirkuit agar bisa menyalurkan bakat remaja agar berbuah prestasi serta memberantas balapan liar. Pembangunan sirkuit dilakukan menyesuaikan kemampuan keuangan daerah.