Sampit, Kalteng, 14/7 (Antara) - Kenaikan harga bahan bakar minyak pada Juni 2013 ternyata tidak terlalu berimbas terhadap harga bahan bangunan di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah.
"Tampaknya tidak terlalu terpangruh. Ada sih barang-barang tertentu yang naik, tapi itu pun kenaikannya tidak terlalu tinggi," kata Iwan, pemilik toko bahan bangunan di Sampit, Minggu.
Kenaikan harga BBM diakui berimbas pada kenaikan ongkos angkut. Namun karena kenaikan harga solar tidak terlalu tinggi, sehingga kenaikan ongkos angkut juga tidak melambung.
Pada 22 Juni 2013 pemerintah menaikkan harga BBM premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500/liter, solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500/liter.
Biaya angkut kontiner dari Surabaya ke Sampit dikabarkan juga mengalami penurun. Kabar gembira ini tentu diharapkan membuat sektor bisnis riil di Sampit bisa lebih menggeliat.
"Kalau biaya kontiner turun, ada kemungkinan harga juga bisa turun. Selama ini pedagang besar banyak mendatangkan barang lewat Banjarmasin karena lebih murah, meski kemudian harus diangkut melalui jalur darat ke Sampit," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kotim, Mudjiono menyebutkan, secara umum pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kenaikan harga dinilai kecil.
"Hasil pengamatan kami, dampak kenaikan BBM terhadap kenaikan barang kecil. Yang membuat harga naik saat ini karena permintaan meningkat, sementara pasokan sebagian dari luar daerah makanya harga naik," katanya.
Dia tidak menampik bahwa kenaikan harga BBM berimbas pada kenaikan harga barang. Kenaikan harga BBM membuat ongkos angkut juga naik sehingga rentetannya juga akan membuat harga barang naik.
Namun dia yakin bahwa dampak tersebut tidak punya andil besar terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok. Indikasinya, harga BBM di tingkat eceran tinggi sehingga masyarakat tidak kaget ketika harga BBM naik. Selain itu, pasokan barang juga cukup lancar.
"Dampak kenaikan BBM hanya terasa di minggu pertama karena semacam syok. Pengaruhnya di angkutan, setelah itu sepertinya tidak terlalu terasa karena persedian cukup dan kami mengawasi terus setiap distributor dan minta mereka melaporkan persediaan," katanya.
Dia mengatakan, sewa kontiner juga turun sehingga tentu akan menekan biaya yang dikeluarkan pedagang. Pihaknya memastikan ketersediaan barang supaya jika terjadi kenaikan harga pun tidak sampai terlalu tinggi.
(T.KR-NJI/B/S019/S019)
"Tampaknya tidak terlalu terpangruh. Ada sih barang-barang tertentu yang naik, tapi itu pun kenaikannya tidak terlalu tinggi," kata Iwan, pemilik toko bahan bangunan di Sampit, Minggu.
Kenaikan harga BBM diakui berimbas pada kenaikan ongkos angkut. Namun karena kenaikan harga solar tidak terlalu tinggi, sehingga kenaikan ongkos angkut juga tidak melambung.
Pada 22 Juni 2013 pemerintah menaikkan harga BBM premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500/liter, solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500/liter.
Biaya angkut kontiner dari Surabaya ke Sampit dikabarkan juga mengalami penurun. Kabar gembira ini tentu diharapkan membuat sektor bisnis riil di Sampit bisa lebih menggeliat.
"Kalau biaya kontiner turun, ada kemungkinan harga juga bisa turun. Selama ini pedagang besar banyak mendatangkan barang lewat Banjarmasin karena lebih murah, meski kemudian harus diangkut melalui jalur darat ke Sampit," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kotim, Mudjiono menyebutkan, secara umum pengaruh kenaikan harga BBM terhadap kenaikan harga dinilai kecil.
"Hasil pengamatan kami, dampak kenaikan BBM terhadap kenaikan barang kecil. Yang membuat harga naik saat ini karena permintaan meningkat, sementara pasokan sebagian dari luar daerah makanya harga naik," katanya.
Dia tidak menampik bahwa kenaikan harga BBM berimbas pada kenaikan harga barang. Kenaikan harga BBM membuat ongkos angkut juga naik sehingga rentetannya juga akan membuat harga barang naik.
Namun dia yakin bahwa dampak tersebut tidak punya andil besar terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok. Indikasinya, harga BBM di tingkat eceran tinggi sehingga masyarakat tidak kaget ketika harga BBM naik. Selain itu, pasokan barang juga cukup lancar.
"Dampak kenaikan BBM hanya terasa di minggu pertama karena semacam syok. Pengaruhnya di angkutan, setelah itu sepertinya tidak terlalu terasa karena persedian cukup dan kami mengawasi terus setiap distributor dan minta mereka melaporkan persediaan," katanya.
Dia mengatakan, sewa kontiner juga turun sehingga tentu akan menekan biaya yang dikeluarkan pedagang. Pihaknya memastikan ketersediaan barang supaya jika terjadi kenaikan harga pun tidak sampai terlalu tinggi.
(T.KR-NJI/B/S019/S019)