Madiun (Antara Kalteng) - Sartono (79), seorang pencipta lagu hymne guru yang berjudul "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa", meninggal di RSUD Kota Madiun, Jawa Timur pada Minggu akibat sakit yang dideritanya.
Perwakilan keluarga, Tiwi mengatakan Sartono wafat pada Minggu siang akibat mengalami komplikasi penyakit diabetes, stroke, darah tinggi, dan pikun selama beberapa tahun terakhir.
"Bapak Sartono meninggal siang tadi. Sebelumnya kondisinya terus menurun sejak masuk ruang ICU," ujar Tiwi kepada wartawan.
Menurut dia, Sartono masuk RSUD Kota Madiun sejak Selasa, 20 Oktober 2015 dan dirawat di ruang perawatan Mawar rumah sakit setempat. Beberapa jam setelah itu, Sartono dipindah ke ruang Paviliun Cendana 10.
Namun, akibat kondisinya yang terus menurun, sang guru ini akhirnya dipindah ke ruang ICU sejak Jumat tanggal 30 Oktober 2015.
"Tensi darah bapak terus menurun dan nafasnya juga tersengal-sengal. Kini jenazah sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Halmahera, Oro-Oro Ombo Kota Madiun," kata dia.
Ia menjelasan, Sartono mulai menunjukkan tanda-tanda sakit pada Sabtu, 17 Oktober 2015 setelah terjatuh dari tempat tidurnya. Selain terjatuh, beliau juga tidak mau makan dan merasakan sakit pada lengan kirinya. Lalu, pihak keluarga memutuskan membawa Sartono ke rumah sakit.
Sartono merupakan mantan guru di sebuah yayasan swasta di Kota Madiun. Ia mengajar di SMP Katolik Santo Bernardus Madiun.
Sebagai guru seni dan kecintaannya pada seni musik, Sartono lalu menciptakan lagu hymne guru yang berjudul "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa".
Dalam lagu itulah Sartono mengungkapkan kekaguman dan pujiannya kepada para pendidik yang tanpa pamrih, bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa.
Selain hymne guru yang monumental itu, Sartono juga menghasilkan delapan lagu bertema pendidikan.
Perhatiannya yang demikian serius dalam dunia pendidikan dan pengabdiannya sebagai guru membuahkan penghargaan dari Mendikbud Yahya A. Muhaimin dan penghargaan Dirjen Pendidikan, Soedardji Darmodihardjo.
Perwakilan keluarga, Tiwi mengatakan Sartono wafat pada Minggu siang akibat mengalami komplikasi penyakit diabetes, stroke, darah tinggi, dan pikun selama beberapa tahun terakhir.
"Bapak Sartono meninggal siang tadi. Sebelumnya kondisinya terus menurun sejak masuk ruang ICU," ujar Tiwi kepada wartawan.
Menurut dia, Sartono masuk RSUD Kota Madiun sejak Selasa, 20 Oktober 2015 dan dirawat di ruang perawatan Mawar rumah sakit setempat. Beberapa jam setelah itu, Sartono dipindah ke ruang Paviliun Cendana 10.
Namun, akibat kondisinya yang terus menurun, sang guru ini akhirnya dipindah ke ruang ICU sejak Jumat tanggal 30 Oktober 2015.
"Tensi darah bapak terus menurun dan nafasnya juga tersengal-sengal. Kini jenazah sudah dibawa ke rumah duka di Jalan Halmahera, Oro-Oro Ombo Kota Madiun," kata dia.
Ia menjelasan, Sartono mulai menunjukkan tanda-tanda sakit pada Sabtu, 17 Oktober 2015 setelah terjatuh dari tempat tidurnya. Selain terjatuh, beliau juga tidak mau makan dan merasakan sakit pada lengan kirinya. Lalu, pihak keluarga memutuskan membawa Sartono ke rumah sakit.
Sartono merupakan mantan guru di sebuah yayasan swasta di Kota Madiun. Ia mengajar di SMP Katolik Santo Bernardus Madiun.
Sebagai guru seni dan kecintaannya pada seni musik, Sartono lalu menciptakan lagu hymne guru yang berjudul "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa".
Dalam lagu itulah Sartono mengungkapkan kekaguman dan pujiannya kepada para pendidik yang tanpa pamrih, bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa.
Selain hymne guru yang monumental itu, Sartono juga menghasilkan delapan lagu bertema pendidikan.
Perhatiannya yang demikian serius dalam dunia pendidikan dan pengabdiannya sebagai guru membuahkan penghargaan dari Mendikbud Yahya A. Muhaimin dan penghargaan Dirjen Pendidikan, Soedardji Darmodihardjo.