Jakarta (ANTARA) -
Maskapai berbiaya hemat (low cost carriers-LCC) Citilink Indonesia berhasil mencatatkan hasil kinerja positif sepanjang tahun 2018 dan di dua bulan awal 2019, dengan rata-rata tingkat keterisian penumpang (Seat Load Factor-SLF) pada setiap penerbangan lebih dari 80 persen.
"Pencapaian positif itu membuat kami optimis, untuk mencatatkan hasil positif di kuartal pertama yang umumnya merupakan kuartal lemah," kata Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo di Cengkareng, Selasa.
Citilink Indonesia telah menerbangkan 15 juta penumpang selama tahun 2018 atau naik 22 persen, dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 12,3 juta penumpang. Untuk tahun 2019, pihaknya optimis mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu mengangkut 18 juta penumpang hingga akhir tahun 2019.
Citilink Indonesia juga berhasil meningkatkan pertumbuhan volume produksinya sebesar 17 persen pada tahun 2018 jika dibandingkan tahun 2017. Sedangkan untuk market share Citilink mencapai raihan tertinggi kedua di kelas LCC, yakni sebesar 14,29 persen pada tahun 2018.
"Jumlah ini meningkat dari tahun 2017, yaitu sebesar 12,62 persen. Menurut data Center for Aviation (CAPA), kami merupakan maskapai LCC terbesar kedua di Indonesia dengan kekuatan armada sebanyak 61 pesawat," ungkapnya.
Sedangkan untuk tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance-OTP), selama Januari-Februari 2019 tercatat sebesar 91,7%. Citilink Indonesia juga menjadi satu-satunya maskapai LCC di Indonesia yang berhasil memperoleh sertifikasi bintang 4 oleh Skytrax, lembaga pemeringkat industri aviasi internasional terkemuka.
Sertifikasi bintang 4 adalah sertifikasi tertinggi untuk saat ini bagi LCC. Hanya 4 LCC di seluruh dunia yang berhasil memperoleh sertifikasi bintang 4 ini. Selain Citilink, di Asia ada satu maskapai LCC China yang mempunyai sertifikasi tersebut, serta dua lainnya adalah maskapai LCC kelas dunia, Norwegian dan Easyjet dari Inggris.
Juliandra menjelaskan pada tahun 2019, pihaknya telah dan terus membuka berbagai rute baru internasional lainnya di Asia maupun domestik, khususnya di secondary cities. Selain itu pihaknya juga menambah frekuensi di rute-rute yang potensial, untuk mengakomodir kebutuhan dan harapan pelanggan yang ingin bepergian dengan lebih nyaman, juga cepat dan efisien.
"Kami menargetkan total jumlah armada menjadi sebanyak 70 pesawat pada tahun 2019, terdiri dari pesawat Airbus A320, ATR 72-600 dan beberapa pesawat berbadan lebar," tegasnya.
Sebagai bagian dari Garuda Indonesia Group, Citilink Indonesia optimis mampu berkembang lebih baik lagi dengan dukungan kuat sisi manajemen Garuda Indonesia sebagai induk perusahaan dan dukungan maintenance kelas dunia GMF AeroAsia.
Terkait dengan rencana kerjasama strategis, Juliandra menegaskan belum ada arahan dari pemegang saham Citilink, baik Garuda Indonesia maupun Kementerian BUMN untuk menggandeng partner strategis dalam pengembangan usaha untuk rencana jangka panjangnya.
"Pencapaian positif itu membuat kami optimis, untuk mencatatkan hasil positif di kuartal pertama yang umumnya merupakan kuartal lemah," kata Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo di Cengkareng, Selasa.
Citilink Indonesia telah menerbangkan 15 juta penumpang selama tahun 2018 atau naik 22 persen, dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 12,3 juta penumpang. Untuk tahun 2019, pihaknya optimis mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu mengangkut 18 juta penumpang hingga akhir tahun 2019.
Citilink Indonesia juga berhasil meningkatkan pertumbuhan volume produksinya sebesar 17 persen pada tahun 2018 jika dibandingkan tahun 2017. Sedangkan untuk market share Citilink mencapai raihan tertinggi kedua di kelas LCC, yakni sebesar 14,29 persen pada tahun 2018.
"Jumlah ini meningkat dari tahun 2017, yaitu sebesar 12,62 persen. Menurut data Center for Aviation (CAPA), kami merupakan maskapai LCC terbesar kedua di Indonesia dengan kekuatan armada sebanyak 61 pesawat," ungkapnya.
Sedangkan untuk tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance-OTP), selama Januari-Februari 2019 tercatat sebesar 91,7%. Citilink Indonesia juga menjadi satu-satunya maskapai LCC di Indonesia yang berhasil memperoleh sertifikasi bintang 4 oleh Skytrax, lembaga pemeringkat industri aviasi internasional terkemuka.
Sertifikasi bintang 4 adalah sertifikasi tertinggi untuk saat ini bagi LCC. Hanya 4 LCC di seluruh dunia yang berhasil memperoleh sertifikasi bintang 4 ini. Selain Citilink, di Asia ada satu maskapai LCC China yang mempunyai sertifikasi tersebut, serta dua lainnya adalah maskapai LCC kelas dunia, Norwegian dan Easyjet dari Inggris.
Juliandra menjelaskan pada tahun 2019, pihaknya telah dan terus membuka berbagai rute baru internasional lainnya di Asia maupun domestik, khususnya di secondary cities. Selain itu pihaknya juga menambah frekuensi di rute-rute yang potensial, untuk mengakomodir kebutuhan dan harapan pelanggan yang ingin bepergian dengan lebih nyaman, juga cepat dan efisien.
"Kami menargetkan total jumlah armada menjadi sebanyak 70 pesawat pada tahun 2019, terdiri dari pesawat Airbus A320, ATR 72-600 dan beberapa pesawat berbadan lebar," tegasnya.
Sebagai bagian dari Garuda Indonesia Group, Citilink Indonesia optimis mampu berkembang lebih baik lagi dengan dukungan kuat sisi manajemen Garuda Indonesia sebagai induk perusahaan dan dukungan maintenance kelas dunia GMF AeroAsia.
Terkait dengan rencana kerjasama strategis, Juliandra menegaskan belum ada arahan dari pemegang saham Citilink, baik Garuda Indonesia maupun Kementerian BUMN untuk menggandeng partner strategis dalam pengembangan usaha untuk rencana jangka panjangnya.