Belfast (ANTARA) - Seorang wartawati Irlandia Utara, Lyra McKee, tewas ditembak saat kerusuhan berlangsung di Londonderry pada Kamis (18/4) malam.
Kematian wartawati yang berusia 29 tahun itu mengguncang kota tersebut dan kepolisian mengatakan bahwa serangan itu mungkin dilakukan oleh kelompok militan nasional, yang menentang kesepakatan perdamaian Jumat Agung tahun 1988.
Kerusuhan melanda daerah Creggan, yang banyak ditinggali kalangan nasionalis, di kota tersebut pada Kamis larut malam, setelah para polisi melakukan penggerebekan. Para petugas mengatakan mereka berupaya mencegah kalangan militan melancarkan serangan pekan ini. Setidaknya ada 50 bom bensin yang dilemparkan dan dua mobil dibakar.
Wartawati Lyra McKee tewas ditembak tak lama setelah ia mengunggah sebuah foto di Twitter soal kekerasan itu, yang ia gambarkan "benar-benar gila".
"Pada pukul 11.00 tadi malam seorang pria bersenjata muncul dan melancarkan tembakan ke arah polisi dan seorang perempuan bernama Lyra McKee dan berusia 29 tahun terluka" dan kemudian meninggal, kata seorang pejabat kepolisian Irlandia Utara, Mark Hamilton, kepada para wartawan.
Lyra, yang pada 2006 dinobatkan sebagai Wartawan Muda Sky News Tahun ini, sebelumnya sedang menulis buku soal anak-anak muda yang hilang selama tiga dasawarsa konflik antar-kelompok di Irlandia Utara, yang sebagian besar diselesaikan melalui kesepakatan 1988.
Ia juga telah membuat banyak tulisan soal perjuangannya tumbuh dewasa sebagai seorang gay.
Kepolisian mengatakan mereka menganggap peristiwa yang membuat Lyra tewas itu sebagai serangan teroris dan telah mulai melakukan penyelidikan pembunuhan.
Leona O'Neill, seorang jurnalis yang berada di lokasi penembakan, mengatakan bahwa setelah Lyra terkena tembakan dan jatuh di dekat sebuah kendaraan Land Rover kepolisian, para polisi cepat-cepat membawa Lyra ke Rumah Sakit Altnagelvin. Di rumah sakit itu, Lyra mengembuskan napas terakhir.
Video-video yang dipasang di media sosial memperlihatkan mobil-mobil polisi sedang dilempari berbagai benda, yang disebut Leona sebagai puluhan bom bensin, bata, botol dan kembang api.
Sumber: Reuters
Kematian wartawati yang berusia 29 tahun itu mengguncang kota tersebut dan kepolisian mengatakan bahwa serangan itu mungkin dilakukan oleh kelompok militan nasional, yang menentang kesepakatan perdamaian Jumat Agung tahun 1988.
Kerusuhan melanda daerah Creggan, yang banyak ditinggali kalangan nasionalis, di kota tersebut pada Kamis larut malam, setelah para polisi melakukan penggerebekan. Para petugas mengatakan mereka berupaya mencegah kalangan militan melancarkan serangan pekan ini. Setidaknya ada 50 bom bensin yang dilemparkan dan dua mobil dibakar.
Wartawati Lyra McKee tewas ditembak tak lama setelah ia mengunggah sebuah foto di Twitter soal kekerasan itu, yang ia gambarkan "benar-benar gila".
"Pada pukul 11.00 tadi malam seorang pria bersenjata muncul dan melancarkan tembakan ke arah polisi dan seorang perempuan bernama Lyra McKee dan berusia 29 tahun terluka" dan kemudian meninggal, kata seorang pejabat kepolisian Irlandia Utara, Mark Hamilton, kepada para wartawan.
Lyra, yang pada 2006 dinobatkan sebagai Wartawan Muda Sky News Tahun ini, sebelumnya sedang menulis buku soal anak-anak muda yang hilang selama tiga dasawarsa konflik antar-kelompok di Irlandia Utara, yang sebagian besar diselesaikan melalui kesepakatan 1988.
Ia juga telah membuat banyak tulisan soal perjuangannya tumbuh dewasa sebagai seorang gay.
Kepolisian mengatakan mereka menganggap peristiwa yang membuat Lyra tewas itu sebagai serangan teroris dan telah mulai melakukan penyelidikan pembunuhan.
Leona O'Neill, seorang jurnalis yang berada di lokasi penembakan, mengatakan bahwa setelah Lyra terkena tembakan dan jatuh di dekat sebuah kendaraan Land Rover kepolisian, para polisi cepat-cepat membawa Lyra ke Rumah Sakit Altnagelvin. Di rumah sakit itu, Lyra mengembuskan napas terakhir.
Video-video yang dipasang di media sosial memperlihatkan mobil-mobil polisi sedang dilempari berbagai benda, yang disebut Leona sebagai puluhan bom bensin, bata, botol dan kembang api.
Sumber: Reuters