Jakarta (ANTARA) - Sunat alias khitan punya berbagai manfaat untuk kesehatan seperti menurunkan risiko terjadinya infeksi pada saluran kemih.
Selain itu, sunat juga dapat mencegah fimosis dan paraphimosis, yaitu kondisi ketika kulup tidak bisa ditarik kembali dan terjebak di sekitar ujung penis.
Namun, ada juga orang yang tidak bisa disunat karena punya kondisi medis tertentu karena bisa terjadi komplikasi.
Menurut dokter spesialis bedah anak Yessi Eldiyani dari RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, beberapa kondisi medis yang membuat orang berisiko saat disunat adalah hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian permukaan bawah (ventral) penis.
"Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan," kata Yessi dalam keterangan resmi, Rabu.
Selain itu, ketika pasien memiliki epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian atas (dorsal) penis, dengan gejala yang sama.
Pasien juga tidak dapat melakukan tindakan pembuangan kulup penis (sirkumsisi) apabila memiliki kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia, dan anemia aplastik.
Sunat khusus
Jika itu terjadi, sebaiknya khitan dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau bedah anak sehingga bisa ditangani lebih tepat jika ditemukan kondisi medis tertentu.
Pada umumnya, operasi sirkumsisi jarang mengakibatkan infeksi luka, dengan kejadian kurang dari lima persen. Bila itu terjadi, infeksi bisa dikurangi dengan antibiotika oral dan mandi teratur.
Setelah dikhitan, pasien juga bisa mengalami pendarahan. Namun, itu dianggap normal bila hanya terjadi pendarahan ringan di sela jahitan dan tidak sampai mengalir.
Masih dianggap normal juga bila pendarahan terjadi saat ereksi pada pagi hari dalam satu atau dua hari pertama setelah sunat.
"Ketika terjadi perdarahan tersebut cukup dikeringkan dan dioles salep antibiotika topikal untuk membantu proses penyembuhan dan mencegah infeksi," ujar dia.
Namun bila pendarahan tidak wajar ketika darah mengalir tanpa henti walau sudah ditekan dengan kain kassa, pasien disarankan segera berkonsultasi kepada dokter.
Ada pula masalah lain yang bisa terjadi pada 11 persen kasus pasien sunat, yakni penyempitan pada muara saluran berkemih.
"Pada bayi, hal tersebut berhubungan dengan dermatitis yang disebabkan karena kontak dengan popok sekali pakai (diapers), sedangkan pada anak yang lebih besar hal ini berhubungan dengan balanitis xerotica obliterans (BXO)," kata Yessi.
Selain itu, sunat juga dapat mencegah fimosis dan paraphimosis, yaitu kondisi ketika kulup tidak bisa ditarik kembali dan terjebak di sekitar ujung penis.
Namun, ada juga orang yang tidak bisa disunat karena punya kondisi medis tertentu karena bisa terjadi komplikasi.
Menurut dokter spesialis bedah anak Yessi Eldiyani dari RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, beberapa kondisi medis yang membuat orang berisiko saat disunat adalah hipospadia di muara uretra yang terletak tidak pada ujung penis, tetapi pada bagian permukaan bawah (ventral) penis.
"Hipospadia adalah kondisi di mana pasien seakan-akan telah disunat dari dalam kandungan," kata Yessi dalam keterangan resmi, Rabu.
Selain itu, ketika pasien memiliki epispadia, berkebalikan letaknya dengan hipospadia, yaitu di bagian atas (dorsal) penis, dengan gejala yang sama.
Pasien juga tidak dapat melakukan tindakan pembuangan kulup penis (sirkumsisi) apabila memiliki kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia, dan anemia aplastik.
Sunat khusus
Jika itu terjadi, sebaiknya khitan dilakukan di rumah sakit bersama dokter spesialis bedah umum atau bedah anak sehingga bisa ditangani lebih tepat jika ditemukan kondisi medis tertentu.
Pada umumnya, operasi sirkumsisi jarang mengakibatkan infeksi luka, dengan kejadian kurang dari lima persen. Bila itu terjadi, infeksi bisa dikurangi dengan antibiotika oral dan mandi teratur.
Setelah dikhitan, pasien juga bisa mengalami pendarahan. Namun, itu dianggap normal bila hanya terjadi pendarahan ringan di sela jahitan dan tidak sampai mengalir.
Masih dianggap normal juga bila pendarahan terjadi saat ereksi pada pagi hari dalam satu atau dua hari pertama setelah sunat.
"Ketika terjadi perdarahan tersebut cukup dikeringkan dan dioles salep antibiotika topikal untuk membantu proses penyembuhan dan mencegah infeksi," ujar dia.
Namun bila pendarahan tidak wajar ketika darah mengalir tanpa henti walau sudah ditekan dengan kain kassa, pasien disarankan segera berkonsultasi kepada dokter.
Ada pula masalah lain yang bisa terjadi pada 11 persen kasus pasien sunat, yakni penyempitan pada muara saluran berkemih.
"Pada bayi, hal tersebut berhubungan dengan dermatitis yang disebabkan karena kontak dengan popok sekali pakai (diapers), sedangkan pada anak yang lebih besar hal ini berhubungan dengan balanitis xerotica obliterans (BXO)," kata Yessi.