Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit menyebut fenomena bibit siklon memicu terjadinya hujan di Kotim, walau wilayah itu masih diliputi musim kemarau.

“Informasi BMKG pusat dalam beberapa hari ini akan ada hujan di wilayah kita, kemungkinan besar hal ini karena ada gangguan cuaca di selatan Pulau Jawa. Ada bibit siklon yang terdeteksi beberapa hari ini sehingga mempengaruhi cuaca di Kalimantan, khususnya Kotim,” kata Kepala BMKG Kotim Mulyono Leo Nardo di Sampit, Senin.

Dua hari terakhir Kotim dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang, khususnya wilayah Kota Sampit dan sekitarnya yang menyebabkan sejumlah titik tergenang.

Namun, Mulyono memastikan bahwa kondisi ini bukan menandakan akhir dari musim kemarau. Pasalnya, kondisi ini disebabkan gangguan cuaca yang disebut dengan bibit siklon yang terjadi di selatan Pulau Jawa yang berimbas pada wilayah Kalimantan, termasuk Kotim.

Bibit siklon adalah sistem cuaca bertekanan rendah di atmosfer yang menunjukkan tanda-tanda awal pembentukan sirkulasi angin dan potensi penguatan menjadi siklon tropis.

Bibit siklon dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah yang terdampak.

“Hampir sebagian besar Kalimantan Tengah mengalami hujan beberapa hari ini, dan kondisi ini diperkirakan tiga hingga empat hari ke depan masih seperti ini,” imbuhnya.

Baca juga: 70 calon Paskibraka Kotim ditempa mengemban tugas

Mengingat kondisi ini diprediksi hanya sementara, Mulyono juga mengimbau seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan tetap mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia menyebutkan, setelah gangguan cuaca ini berakhir dalam tiga hingga empat hari ke depan maka kondisi kemarau akan tetap berlangsung sampai beberapa minggu ke depan yang ditandai dengan menurunnya curah hujan dan kekeringan.

“Kami imbau agar tetap waspada karhutla, memang secara umum hari ini hampir seluruh Kotim hujan sehingga permukaan tanah cenderung basah. Tetapi kondisi ini hanya berlangsung beberapa hari dan kita akan kembali ke kondisi kemarau. Adapun puncak kemarau diprediksi pada Agustus ini,” demikian Mulyono.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam mengaku sangat terbantu dengan adanya fenomena bibit siklon yang menyebabkan hujan di wilayah Kotim, karena membantu dalam pemadaman karhutla.

“Kami bersyukur, karena di wilayah Kota Sampit, tepatnya di Jalan Yadi Kudung, terjadi karhutla dan cukup sulit dipadamkan karena di situ lahan gambut dan cukup tebal, air juga cukup jauh hampir 200 meter lebih dan kejadian terakhir kemarin pada malam itu puncaknya sebelum akhirnya ada hujan,” ujarnya.

Namun senada dengan BMKG, menurut Multazam meski ada hujan bukan berarti kesiapsiagaan terhadap karhutla boleh dikendurkan. Apalagi berdasarkan informasi yang diterima pihaknya hujan tidak terjadi di semua wilayah Kotim.

Salah satunya, Kecamatan Teluk Sampit yang merupakan salah satu daerah rawan karhutla di Kotim tetapi justru tidak terdampak hujan, sehingga kewaspadaan terhadap karhutla harus tetap dilakukan.

“Untuk itu, kami berharap peran seluruh pemangku kepentingan di tingkat kecamatan untuk selalu memonitor aktivitas-aktivitas pembakaran lahan agar bisa diminimalisir sehingga ancaman karhutla 2025 ini kita bisa atas bersama,” demikian Multazam.

Baca juga: Pemkab Kotim perkuat sinergi lintas sektor hadapi karhutla

Baca juga: Perumahan di Kotim diimbau kelola sampah secara mandiri

Baca juga: Disdik Kotim tunggu juknis terkait Kepala Sekolah Perintis


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2025