Vatikan
(ANTARA News) - Paus Fransiskus memiliki gaya yang sangat berlainan
dengan pendahulunya Benediktus. Pendekatannya yang bak imam paroki
ketimbang sosok monarki yang hilang sejak mangkatnya Paus Yohanes Paulus
II yang karismatis itu telah menyalakan antusiasme umat, demikian
Reuters.
Reuters melanjutkan, enam hari adalah
waktu yang singkat untuk menilai kepausan, namun penerimaan orang pada
Paus Fransiskus memperlihatkan apa yang diharapkan kebanyakan umat
Katolik dari seorang Paus.
"(Jorge Mario)
Bergoglio mewakili jalan yang tidak diambil delapan tahun silam," kata
Massimo Faggioli, teolog dari Italia yang mengajar pada Universitas St
Thomas di Minneapolis.
"Benediktus adalah
teolog hebat, namun menjadi Paus bukanlah tentang teologi," katanya.
"Saya kira sejarah akan melihatnya sebagai seorang paus yang menunjukkan
sisi khusus dari apa Katolikisme saat ini, bukan sebagai Paus yang
berbicara untuk semua Gereja."
Enzo Bianchi,
kepala gerakan biara Bose di Itali, melukiskan suasana yang berkembang
kini dengan atmosfer Gereja beberapa bulan lalu.
"Ketika
kita membicarakan Gereja, kita melakukannya tanpa senyum," tulisnya di
harian La Stampa. "Kini sekali lagi kita bisa melihat Gereja dengan
simpati."
Nada bicara Benediktus berpilar pada
tradisi intelektual Gereja yang panjang, padahal iman juga datang dari
hati. Sebaliknya, Fransiskus telah mengesankan para kardinal karena
berusaha menyisihkan sisi monarkis dari kepausan yang diakrabi
Benediktus, kutip Reuters.
Fransiskus lebih
suka menaiki bus ke Vatikan ketimbang menunggu limosin. Dan sebelum
konklaf, para kardinal pemilihnya telah menekankan pendekatan baru
sedang dibutuhkan oleh Gereja.
Benediktus
terpilih pada 2005, sebagian untuk memastikan kelangsungan Gereja
setelah mangkatnya Paus Yohanes Paulus II dan sebagian karena dia adalah
orang yang paling tepat untuk reformasi Curia yang kemudian gagal dia
capai.
Dia malah fokus pada merestorasi
tradisi Gereja dalam melawan apa yang dia rasa sebagai tafsiran terlalu
liberal dari reformasi Konsil Vatikan Kedua (1962-1965).
Selama
prakonklaf, Kardinal Bergoglio telah mengesankan para kardinal
pemilihnya karena perkatannya, "Anda tak bisa memiliki gembala di bukit,
dan domba di lembah."
Pada hari-hari pertama
dalam tugasnya, Fransiskus berulangkali menyampaikan pesan yang sedapat
mungkin mengabaikan kemewahan Vatikan.
Dia
menyatakan, adalah tugasnya sebagai Uskup Roma untuk bekerjasama dengan
uskus-uskup lain dalam merengkuh hati orang sebisanya, seperti ketika
dia berlaku sebagai imam paroki biasa untuk menyerukan misa bagi pekerja
Vatikan yang disambut massa di luar Gereja.
Umat Katolik mendengar pesannya itu.
"Saya
suka Paus ini," kata Anna Barone, orang Italia yang menunggui Paus
setelah Misa Minggu di Kota Vatikan. Sementara di toko-toko dekat
Vatikan, tergelar T-shirt bertuliskan "I love Papa Francesco", demikian
Reuters.