Batam (ANTARA News)
- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan,
Tjahyo Kumolo, menilai bahwa kritik yang dilontarkan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi, merupakan
manuver politik.
"Ya, itu manuver, bagian dari manuver jangka panjang," katanya
seusai membuka rapat kerja daerah PDI Perjuangan Provinsi Kepulauan Riau
di Batam, Sabtu.
Tjahjo mengemukakan hal itu berkaitan dengan
komentar SBY kepada mitra kepala negara/pemerintahan negara sahabat
bahwa kemacetan di Jakarta adalah tanggung jawab
kepala daerah setempat.
Ia mengatakan, pernyataan SBY itu tidak hanya sebagai kepala negara,
melainkan juga terkait dengan jabatannya sebagai ketua umum partai
politik, yakni Partai Demokrat.
Apalagi, ia mengemukakan, dalam hasil penelitian beberapa lembaga
survei mengunggulkan Jokowi sebagai calon presiden dalam pemilihan umum
(Pemilu) 2014, sehingga membuat lawan politiknya jengah.
Berkaitan
calon presiden PDI Perjuangan dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2014,
ia mengatakan, partainya masih mencermati gelagat dinamika partai lain
dan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Dalam survei yang
dilakukan internal dan eksternal partai, ia menyatakan, ada lima nama
yang muncul diunggulkan menjadi Presiden 2014-2019, dan ada dua orang
kader PDI Perjuangan, yaitu Jokowi bersama Megawati Soekarnoputri.
Meski begitu, Tjahjo menyatakan, partainya belum mau mengerucutkan nama yang akan diusung dalam Pilpres 2014.
"Perlu kesabaran revolusioner. Harus hati-hati,. Jangan tergesa-gesa mengumumkan," kata dia.
Tjahjo
menyatakan, khawatir jika mengumumkan capres terlalu dini, maka
calonnnya akan menjadi sasaran tembak partai lain, seperti yang terjadi
pada Jokowi.
"Tidak tanggung-tanggung, Presiden juga," katanya.
Ketua Umum PDI Perjuangan, menurut dia, yang akan menentukan siapa calon presiden dalam Pilpres 2014.
"Diserahkan kepada ketua umum," demikian Tjahjo Kumolo
Tjahjo: Kritik SBY Ke Jokowi Manuver Politik
Perlu kesabaran revolusioner. Harus hati-hati. Jangan tergesa-gesa mengumumkan."