Kabul (ANTARA News) - Di sebuah distrik Afghanistan yang setiap hari
harus menghadapi serangan Taliban, pihak kepolisian hanya mempunyai tiga
granat untuk masing-masing pos penjagaan.
"Seringkali 200-an anggota Taliban menyerang pos penjagaan kami dan
jika tidak ada bantuan dari tentara, kami harus mengakui kekalahan,"
kata Ahmadullah Anwari, kepala kepolisian distrik paling rawan di
Afghanistan, Sangin.
Menjelang kepergian pasukan NATO pada akhir tahun ini setelah 13
tahun berperang dan membantu keamanan Afghanistan, kesiapan Anwari dan
pasukan keamanan menghadapi Taliban tanpa dukungan tentara asing adalah
kekhawatiran terbesar.
Amerika Serikat, yang menjadi penyumbang tentara NATO terbanyak di
Afghanistan, sudah menggelontorkan 61 milyar dolar AS untuk melatih
pasukan lokal yang saat ini berkekuatan 350.000 personil.
"Pasukan nasional Afghanistan sudah mempunyai kemampuan tempur yang
hebat dan mampu mempertahankan wilayah dari serangan musuh," kata
Letnan Jenderal Josep Anderson dengan yakin saat ditanya oleh wartawan.
Dia adalah komandan tertinggi kedua NATO saat ini.
Namun pelatihan yang dibanggakan Anderson itu nampak tidak banyak
berpengaruh terhadap kemampuan pasukan Afghanistan dalam membela diri.
Sampai awal Desember ini, sudah lebih dari 4.600 personil yang tewas
dalam pertempuran melawan Taliban.
Sejumlah insiden dalam beberapa waktu terakhir menggambarkan
bagaima pasukan Afghanistan akan kesulitan tanpa dukungan Barat.
Saat sejumlah pemberontak menyerang sebuah rumah singgah untuk
warga asing pada Kamis lalu, komando lokal hanya berhasil membunuh
pelaku setelah mendapat bantuan dari pasukan khusus dan helikopter
internasional dalam operasi yang berlangsung berjam-jam.
Selain itu, pasukan Afghanistan juga butuh tiga hari untuk mengusir
Taliban yang menyerang pangkalan militer Bastion di Provinsi Helmand.
Jenderal John Campbell, komandan pasukan internasional di Afghanistan,
mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menyediakan bantuan udara terbatas
lengkap dengan sejumlah pesawat tempur pada tahun depan.
Namun demikian, butuh waktu tiga atau empat tahun bagi angkatan
udara lokal untuk mempunyai kemampuan mengambil alih pesawat dan
helikopter Amerika Serikat, kata Mayor Jenderal John McMullen--pejabat
Amerika Serikat yang bertanggung jawab melatih kemampuan udara
Afghanistan.
Prospek hilangnya bantuan pesawat tempur asing bagi daerah-daerah rawan adalah hal paling menakutkan.
"Jika mendapat dukungan udara, kami dapat dengan mudah mengalahkan
Taliban dan jumlah korban tidak akan sedemikian besar," kata Muhibullah,
kepala kepolisian distrik Baraki Barat, Provinsi Logar.
Selain dukungan udara, intelejen Afghanistan juga masih bergantung
pada Amerika Serikat. Kelancaran logistik militer dari amunisi sampai
suku cadang juga merupakan masalah lain yang terus muncul.
Di sisi lain, jumlah korban sipil terus naik. Menurut perhitungan
PBB, sudah lebih dari 1.500 nyawa melayang sepanjang enam bulan pertama
2014 atau 17 persen lebih banyak dibanding periode sama tahun
sebelumnya.
Berita Terkait
Musim depan Liga Inggris akan terapkan Teknologi Offside Semi-Otomatis
Kamis, 11 April 2024 22:55 Wib
Mahfud MD berharap MK selamatkan masa depan demokrasi Indonesia
Rabu, 27 Maret 2024 15:14 Wib
Zayn Malik umumkan beberapa tujuan masa depannya
Rabu, 27 Maret 2024 9:10 Wib
Hadapi Seri Pertama ARRC 2024 Buriram, Tim YRI optimistis raih podium AP250
Selasa, 26 Maret 2024 16:20 Wib
Nikmati pembelian Fazzio dengan Promo KURMA dari PT STSJ Yamaha
Senin, 25 Maret 2024 14:01 Wib
Waspadai munculnya benjolan di depan telinga, bisa jadi kanker
Kamis, 29 Februari 2024 14:20 Wib
Infinix pamerkan 'CoolMax' pendingin masa depan untuk HP gaming di MWC
Selasa, 27 Februari 2024 13:18 Wib
Mark Zuckerberg beberkan rencana masa depan Meta
Senin, 29 Januari 2024 13:13 Wib