Pemkab Barito Utara Usulkan Jaringan Listrik Pedesaan

id Pemkab Barito Utara, Jaringan Listrik Pedesaan, Aswadin Noor

Pemkab Barito Utara Usulkan Jaringan Listrik Pedesaan

Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) blok Bangkanai di Desa Karendan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara.(Istimewa).

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mengusulkan pembangun jaringan listrik di sejumlah desa di sekitar kawasan pembangkit listrik tenaga mesin gas blok Bangkanai dan gardu induk di Kecamatan Lahei.

"Usulan pembangunan jaringan listrik ini untuk tidak menjadi kecemburuan di masyarakat sekitar PLTMG atau disebut kawasan ring satu," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Barito Utara (Barut), Aswadin Noor di Muara Teweh, Rabu.

Menurut Aswadin Noor, saat ini pihak konsultan sedang membuat perencanaan untuk membuat peta dan rencana anggaran biaya pembangunan jaringan listrik pedesaan itu.

Pemkab Barito Utara, hanya melakukan perencanaan untuk membuat peta dan RAB pembangunan jaringan listrik pedesaan melalui APBD perubahan tahun 2015 yakni untuk dibangun jaringan listrik di Desa Karendan, Muara Inu dan Muara Pari Kecamatan Lahei dan Desa Datai Nirui Kecamatan Teweh Tengah.

"Untuk pembangunan jaringan listrik tersebut diusulkan kepada pihak PT PLN Cabang Kuala Kapuas dan Satuan Kerja Listrik Pedesaan (Satkerlisdes) di Palangka Raya," katanya didampingi Kepala Seksi Listrik, Suriadi Musa.

Aswadin Noor menjelaskan, pemerintah daerah hanya membuat perencanaan, sedangkan yang membangun jaringan listrik di sejumlah desa itu dilakukan PLN atau Satkerlisdes, karena untuk membangun jaringan listrik itu dananya relatif besar, karena dana pembangunan jaringan itu diperkirakan membutuhkan dana miliaran rupiah.

Dana pemasangan jaringan listrik itu untuk satu kilometer sirkuit (KMS) atau sekitar 20 tiang listrik membutuhkan dana antara Rp350 juta sampai Rp450 juta, sementara jarak sejumlah desa yang akan dibangun jaringan listrik relatif jauh dari lokasi gardu induk.

Pembangunan jaringan listrik pedesaan itu membutuhkan dana yang cukup besar sehingga untuk dana melalui APBD kabupaten sangat terbatas dan yang membangun hanya bisa dilakukan oleh PLN dan Saatkerlisdes tersebut.

"Rencananya jaringan listrik pedesaan itu melalui gardu induk dengan daya 150 kilovolt di Desa Mukut dan trafo 20 KV di sekitar PLTMG Desa Karendan," katanya.

Dia mengatakan, dalam APBD tahun 2016 pihaknya juga telah mengalokasikan dana untuk perencanaan pembangunan jaringan listrik tersebut, namun masih belum diketahui desa mana saja yang akan diusulkan kepada PLN.

Selain pemkab Barito Utara yang melakukan perencanaan, juga dlakukan PT PLN sekaligus membangun jaringan tahun depan yakni Desa Mukut dan Muara Bakah Kecamatan Lahei dan Desa Sei Rahayu Kecamatan Teweh Tengah.

"Jadi jangan sampai pada saat listrik dari PLTGM Bangkanai ini beroperasi, desa-desa disekitar PLTG masih tetap gelap gulita, apabila hal itu terjadi, maka akan berdampak pada kecemburuan sosial dari masyarakat," katanya.

Sebelumnya Kepala Hubungan Pemerintahan Ophir Indonesia Bangkanai Ltd, Bidi Subagio mengatakan PLTMG Blok Bangkanai di Desa Karendan dengan kapasitas 155 megawatt siap beroperasi, namun pihaknya masih menunggu pekerjaan pembangunan jaringan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) oleh pihak PLN masih belum selesai.

"Kita harapkan tahun 2016 nanti PLTMG segera beroperasi dan kegiatan PT PLN yang membangun jaringan listriknya juga rampung tahun depan," kata Bidi.

Pembangunan PLTMG ini dengan operator Ophir Indonesia Bangkanai Ltd. yang sekaligus pemegang hak partisipasi terbesar di Desa Karendan, Kecamatan Lahei.

Perusahaan yang bermarkas di London, Inggris, itu pada akhir Juni 2011 telah menandatangani perjanjian jual beli gas Lapangan Bangkanai, Kalimantan Tengah, dengan PLN.

Lapangan gas Kerendan berisi sekitar 280 miliar kaki kubik dan pada tahun 2014 yang Kerendan Barat juga ditemukan lebih jauh 310 Bcf.

Tahap pertama dari proyek ini akan commericalise 120 Bcf melalui perjanjian penjualan gas dengan PLN untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga berupa listrik di Barito Utara, dan merupakan program interkoneksi dengan wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Hal itu, kata dia, akan melihat 20 mmscfd diproduksi menjadi pembangkit listrik 155 megawatt PLN sedang membangun 3 kilometer dari lapangan.

Pembangkit listrik memiliki potensi untuk diperluas pada tahun 2020 yang dapat meningkatkan permintaan dari lapangan Kerendan sekitar 70 mmscfd, kata Bidi.