Sosok - Nila Riwut: Lewat Tulisan Lestarikan Budaya Dayak

id nila riwut, tjilik riwut

Sosok - Nila Riwut: Lewat Tulisan Lestarikan Budaya Dayak

Theresia Nila Ambun Triwati, atau akrab disapa Nila Riwut. (Foto Antara Kalteng/Rendhik Andika)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - "Saya, Nila Riwut, seorang perempuan Dayak, ibu dan juga nenek. Saya menetap di Yogyakarta, Indonesia dan mencoba memberi makna dalam hidup dengan memperkenalkan kebudayaan masyarakat Dayak kepada Indonesia melalui tulisan," kata Nila Riwut memperkenalkan dirinya.
   
Wanita bernama asli Theresia Nila Ambun Triwati mengatakan, melalui tulisanlah berbagai sejarah dan budaya tidak akan hilang ditelan oleh kemajuan zaman.
   
Menurut perempuan kelahiran 13 Juli di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah itu melalui tulisanlah sejarah akan terus terbingkai dan melalui tulisan pulalah seni dan budaya akan terus dikenal dan lestari.
   
"Ayah punya keinginan agar saya melanjutkan perjuangan melalui tulisan dan karena itu lah saya berjuang untuk menjaga dan melestarikan apa yang dimiliki masyarakat Dayak melalui sebuah karya tulis," katanya.
   
Selain dapat meningkatkan kemampuan menuangkan ide dan gagasan menulis juga dapat bermanfaat dalam upaya aktualisasi diri dan lebih memahami nilai-nilai sejarah untuk memperkuat jati diri dan membangun karakter kaum muda.
   
Untuk itu, anak ketiga dari Pahlawan Nasional asal Kalteng Tjilik Riwut itu mengajak generasi muda dapat membangun karakter bangsa dengan semakin banyak menuangkan gagasan dan pemikiran melalui tulisan.
   
"Sekarang semua anak muda di media sosial pasti menulis setiap hari tapi yang disayangkan itu sebatas status. Akan lebih baik setiap tulisan yang diposting itu berupa pemikiran tentang sejarah atau ide-ide kreatif atau perkembangan sosial budaya yang ada di lingkungannya," katanya.
   
Wanita yang sejak 1971-1985 telah menjadi juru ketik naskah serta merangkap menjadi asisten Tjilik Riwut dalam penulisan buku sejarah dan budaya suku Dayak Kalimantan Tengah itu menilai perkembangan teknologi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi para penulis.
   
"Peluang karena sarana publikasi tulisan dapat dilakukan dengan cepat dan luas tetapi tantangannya saat ini masih sedikit anak muda yang mempublikasikan tulisan mengenai pemikiran tentang sejarah, seni, budaya, karya tulis ilmiah atau hasil penelitian dan tulisan bermakna yang lainnya," kata wanita yang juga menjadi Dewan Pembina Lembaga Studi Dayak Yogyakarta itu.
   
Untuk itu, wanita telah menghasilkan karya tulis tentang masyarakat suku Dayak itu juga mengajak pemerintah serta kalangan akademisi untuk dapat menumbuh dan mengembangkan budaya membaca kemudian cinta menulis.
 
"Namun semua itu, harus dilakukan dengan senang hari dan didasari kebenaran agar apa yang disampaikan melalui tulisan mudah dipahami, diterima, bermakna dan dapat mengubah pemikiran pembaca," katanya.