Palangka Raya Dorong Diversifikasi Produk Ikan Patin

id Palangka Raya, Syahdin Hasan, Mofit Saptono Subagio, Ikan Patin

Palangka Raya Dorong Diversifikasi Produk Ikan Patin

Salah satu pedagang ikan di Pasar Besar Kota Palangka Raya. (FOTO ANTARA Kalteng/Intan)

Tapi warga Palangka Raya justru memilih patin Banjar dengan alasan rasanya lebih enak,"
Palangka Raya (Antara Kalteng) - Pemerintah Kota Palangka Raya terus mendorong diversifikasi produk dari bahan baku ikan patin hasil budidaya masyarakat lokal.

Upaya itu juga untuk mengatasi melimpahnya hasil budidaya patin lokal dan tidak diserap pasar.

"Produksi ikan patin hasil budidaya di Palangka Raya menghadapi problem besar karena pasar termasuk para pemilik restoran, rumah makan lebih memilih ikan patin budidaya pasokan dari daerah tetangga Provinsi Kalimantan Selatan," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palangka Raya Syahdin Hasan di Palangka Raya, Kamis.

Padahal tidak ada perbedaan yang jelas antara ikan patin produksi Palangka Raya dengan patin pasokan dari Banjarmasin dan beberapa kabupaten di Kalsel.

"Tapi warga Palangka Raya justru memilih patin Banjar dengan alasan rasanya lebih enak," ucap Syahdin.

Wakil Wali Kota Palangka Raya Mofit Saptono Subagio secara khusus menugaskan Tim Analisa Sosial dan Ekonomi Masyarakat Palangka Raya untuk mencermati faktor penyebab dan solusi bagi tidak terserapnya ikan patin hasil budidaya lokal.

Tim dengan ketua Maslani dengan enam orang ahli dari tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Palangka Raya, IAIN Palangka Raya, dan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya itu saat ini terus melakukan observasi dan pengkajian berbagai aspek, termasuk peran industri perdagangan modern yang di Kalteng.

Disperindagkop Palangka Raya juga berusaha mendorong kreatifitas masyarakat dan UMKM untuk dapat menyerap produksi patin budidaya lokal.

"Kami sedang menyiapkan pengadaan peralatan penunjang pengolahan bahan makanan yaitu naget dari ikan patin yang ada di komplek perumahan Bangas Permai di Keluharan Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya," ujar Syahdin.

Kendala pengembangan produk usaha kecol di daerah setempat selama ini terkait keberlangsungan produksi dan volume produksi yang masih sangat terbatas.

Dia menyebutkan contoh kendala berupa lemahnya serapan pasar terhadap produk kerajinan asal daerah ini akibat kalah bersaing dalam hal harga jual dengan produk luar daerah.

Problem klasik masih dihadapi pengrajin di daerah ini karena barang kerajinan yang dihasilkan harga jualnya lebih tinggi dibanding kerajinan dari luar yang juga banyak di pasaran setempat.

Kalah bersaingnya harga produk lokal dari produk luar juga disebabkan pola pikir para pedagang barang kerajinan khas daerah yang mengelompokan produk kerajinan lokal sebagai barang langka sehingga harus mahal.

"Semoga saja pola-pola lama yang menghambat pengembangan UMKM di daerah ini tidak berulang dan harus terjadi lagi pada naget patin," katanya.