Potensi Gas Bangkanai Barito Utara Belum Terserap Seluruhnya

id barito utara, gas bankanai, SKK migas, potensi gas

Potensi Gas Bangkanai Barito Utara Belum Terserap Seluruhnya

Lokasi sumur gas blok Bangkanai wilayah Desa Karendan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara. (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Makassar (Antara Kalteng) - Potensi gas blok Bangkanai di Desa Karendan, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah belum terserap seluruhnya, kata Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Yunus.

"Produksi gas yang dikelola Ophir Indonesia untuk mengalirkan gas ke pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) sayangnya tidak terserap seluruhnya oleh PLN, hal ini tidak sesuai komitmen," kata Taslim Yunus dalam edukasi dan gathering media SKK Migas wilayah Kalimantan dan Sulawesi di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.

Padahal, kata Taslim, industri hulu migas sangat tergantung kepada pembeli, dan produksi gas memerlukan kontrak jangka panjang.

Dulunya, Ophir Energy Indonesia tidak dikenal. Lalu Ophir mengambil Salamander Energy yang beroperasi di Desa Karendan, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara.

"Ophir pemain baru migas," katanya.

Menurut Taslim Yunus, sebagai tulang punggung produksi migas nasional wilayah Kalimantan-Sulawesi memang mengalami perkembangan, meskipun secara nasional harga migas mengalami gejolak akibat suplai jauh lebih tinggi dari permintaan setelah Amerika Serikat memproduksi migas sendiri dalam bentuk shale oil dan shale gas.

"Dengan demikian, impor minyak dari Arab Saudi dihentikan, padahal produksi migas Arab Saudi mencapai dua juta barel. Ditambah ekonomi Cina menurun, dulu pertumbuhan ekonominya 10 persen, sekarang tujuh persen. Cina sudah tidak mengimpor migas karena ditemukan lapangan gas baru. Kondisi global ini menyebabkan harga minyak turun," ujarnya.

Dengan kondisi itu, kata Taslim, jumlah pengeboran eksploitasi mengalami pengurangan. Jika tahun 2015 ada 100 sumur maka tahun 2016 hanya 18 sumur. Kegiatan survei seismik pun menurun.

Sampai Agustus 2016, dari 288 perusahaan migas, yang produksi 67 kontraktor, pengembangan 18 perusahaan dan 203 eksplorasi.

Taslim menyebutkan kendala produksi migas adalah proses dari eksplorasi ke produksi sangat lama. Misalnya Blok Cepu, setelah 16 tahun baru produksi. Pembebasan lahannya saja memerlukan waktu sembilan tahun.

Tahun 2025 diperkirakan energi Indonesia rawan, bisa jadi Indonesia yang sekarang menjadi eksportir nantinya menjadi importir.

"Untuk itu, SKK Migas memaksimalkan pencarian cadangan minyak. Sebab lebih banyak cekungan sedimen di Indonesia yang menghasilkan gas dibandingkan minyak. SKK Migas juga akan melihat perusahaan yang melakukan eksplorasi," kata Taslim.