Dewan Adat Dayak Akan Anugerahkan Raja Haring Kepada Presiden Jokowi

id Kalimantan Tengah, Dewan Adat Dayak, Joko Widodo, HKSN, DAD Kalteng, Agustiar Sabran, Anugerahkan Raja Haring

Dewan Adat Dayak Akan Anugerahkan Raja Haring Kepada Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Feny Selly)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah akan menganugerahkan gelar Raja Haring Hatungku Tungket Langit yang bermakna Raja Bijaksana Berkepribadian Luhur dan Penopang Keutuhan Bangsa kepada Presiden Joko Widodo.

Penganugerahan gelar ini merupakan penghargaan kepada Presiden yang telah mampu menjadi pemimpin bangsa Indonesia dan diharapkan mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan, kata Ketua DAD Kalteng Agustiar Sabran di Palangka Raya, Senin.

"Pemberian ini juga merupakan upaya DAD Kalteng untuk terpeliharanya adat daerah sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan bangsa di bidang kebudayaan. Kalau untuk penganugerahannya nanti akan diatur pada sela-sela kunjungan bapak Presiden pada Hari Kesetiakawanan Sosia Nasional (HKSN)," katanya.

Dikatakannya, suku Dayak kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur yang sampai sekarang ini terus terjaga.

Masyarakat suku Dayak selain menjaga dan melestarikan budaya, juga dikenal memiliki jiwa toleransi yang tinggi dan cinta keberagaman, katanya.

Agustiar mengatakan bukti sikap toleran dan cinta keberagaman tersebut terlihat dari filosofi Huma Betang atau bermakna Semangat Kebersamaan, Persatuan dan Etos Kerja Tinggi Untuk Bersama-sama Membangun.

"Kami diajarkan untuk selalu bersikap adil, jujur, tidak membeda-bedakan sesama manusia. Kami sudah terbiasa hidup rukun dan damai dalam sebuah rumah besar, walaupun beda keyakinan. Suasana seperti itu sudah terlihat sejak lama," kata Ketua DAD Kalteng ini.

Presiden Jokowi dijadwalkan mengunjungi Provinsi Kalteng, Selasa (20/12) untuk menghadiri puncak peringatan HKSN di Lapangan Sanaman Mantikei Palangka Raya, serta akan meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pulang Pisau dan beberapa proyek lainnya.

Sebelumnya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa HKSN tahun 2016 harus dijadikan momentum mengingatkan kembali cara dan keindonesiaan untuk mengantisipasi berbagai tantangan dari berbagai pihak.

Tantangan Indonesia saat ini adalah persoalan kemajemukan yang di samping sebagai sebuah kekayaan budaya, juga berdampak negatif terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, kata Khofifah saat acara puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial di Palangka Raya, Senin.

"Tanpa Dayak, kita bukan Indonesia. Tanpa Bugis, Makassar, Sunda, Batak, kita semua bukan Indonesia. Jangan dipisah-pisahkan. Kalau di Nias salamnya Ya`ahowu, di Karo Mejuah-juah, di Sunda Sampurasun, nah kalau di Kalimantan salamnya panjang sekali. Ini menunjukkan perbedaan yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia," kata Khofifah.