Waduh! Diancam Pakai Parang Suami Ketua Komite, Kepsek Sei Hambawang Minta Pindah Tugas

id Pulang Pisau, Pulpis, Sei Hambawang, Aminah Bustani, Didik Pulpis

Waduh! Diancam Pakai Parang Suami Ketua Komite, Kepsek Sei Hambawang Minta Pindah Tugas

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau, Hj Aminah Bustani (Foto Antara Kalteng/Adi Waskito)

Pulang Pisau (Antara Kalteng) - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau, Hj Aminah Bustani mengatakan bahwa pihaknya masih menyelesaikan masalah Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Sei Hambawang Kecamatan Sebangau Kuala yang mengundurkan diri dan minta pindah tempat kerja.

"Penguduran diri Kepsek ini menyusul adanya ancaman hingga merasa tidak tenang dalam menjalankan tugasnya," kata Aminah di Pulang Pisau, Senin tanpa menyebutkan secara rinci nama kepala sekolah dan Ketua Komite SDN Sei Hambawang.

Menurut Aminah, dari keterangan yang dihimpun pihaknya bahwa ancaman tersebut berawal dari permintaan Ketua Komite Sekolah setempat yang ingin diberikan honor.

Namun dalam praktiknya, Komite Sekolah memang tidak ada honor, ini yang salah dimengerti oleh yang bersangkutan. Jawaban kepala sekolah ini ternyata membuat Ketua Komite ini marah dan melaporkan kepada sang suaminya. Karena merasa tidak puas, kepala sekolah itu diancam dengan menggunakan parang.

Dikatakan Aminah, para pengurus yang ditunjuk Komite Sekolah memang tidak memiliki honor. Mereka di Komite Sekolah ditunjuk oleh para orang tua murid untuk memberikan pendampingan kepada sekolah. Masalah ini, sudah dilaporkan oleh UPTD setempat.

Aminah mengungkapkan pihaknya juga sudah meminta keterangan dari Kepsek Sei Hambawang, untuk memastikan apakah yang bersangkutan masih bersedia kembali bertahan untuk menjalankan tugasnya di sekolah tersebut. Hanya saja, Kepsek masih tetap pada permintaannya untuk pindah tugas karena takut dengan ancaman tersebut.

Persoalan pendidikan di Desa Sei Hambawang Kecamatan Sebangau Kuala ini menjadi salah satu perhatian bagi Dinas Pendidikan setempat. Dikatakan Aminah, kekurangan tenaga guru juga menjadi persoalan klasik. Seperti di SMP Satu Atap hanya satu guru yang memiliki predikat Aparatur Sipil Negara (ASN) selebihnya diangkat dari tenaga honor.