Petani Meninggal Dunia Akibat Aksi Semen Kaki

id Petani Aksi Semen, Penolakan pembangunan pabrik semen

Petani Meninggal Dunia Akibat Aksi Semen Kaki

Sejumlah petani Pegunungan Kendeng memasung kakinya dengan semen saat menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/3/2017). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Jakarta (Antara Kalteng) - Salah satu peserta aksi semen kaki untuk menolak pembangunan dan pengoperasian pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang Jawa Tengah, meninggal dunia diduga akibat penyakit jantung.

Berdasarkan siaran pers dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang diterima di Jakarta, Selasa, peserta aksi yang merupakan warga Kendeng bernama Patmi meninggal pukul 02.55 WIB hari Selasa saat perjalanan ke rumah sakit.

Pada Senin (13/3/2017), sejumlah petani Pegunungan Kendeng memasung kakinya dengan semen saat menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta,  menolak pendirian pabrik semen.

"Bu Patmi sebelumnya dinyatakan sehat dan dalam keadaan baik oleh dokter. Kurang lebih pukul 02:30 dini hari (Selasa, 21 Maret 2017) setalah mandi, bu Patmi mengeluh badannya tidak nyaman, lalu mengalami kejang-kejang dan muntah," demikian keterangan tertulis dari YLBHI.

Patmi segera dibawa ke Rumah Sakit Saint Carolus Salemba, namun menjelang sampai di rumah sakit dokter menyatakan Patmi meninggal mendadak dengan dugaan jantung.

Jenazah Patmi langsung dipulangkan ke desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati untuk dimakamkan di desanya pada Selasa pagi.

Berdasarkan keterangan YLBHI, seluruh peserta aksi yang memasung kaki dengan semen sejak awal didampingi dan dipantau oleh tim dokter yang siaga di YLBHI dan di lokasi aksi.

Aksi memasung kaki dengan semen sebagai bentuk protes pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng tersebut berlangsung sejak 13 Maret 2017.

 Pada Senin (20/3) sore, perwakilan warga diundang Kepala Kantor Staf Presiden, Teten Masduki untuk berdialog di Kantor Staf Kepresidenan.

 Perwakilan menyatakan menolak skema penyelesaian konflik yang dinilai tertutup dan samasekali tidak menyertakan warga yang bersepakat menolak pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia dan pabrik semen lainnya di Pegunungan Kendeng.

 Sebagian peserta aksi memutuskan untuk pulang ke Kendeng, namun sembilan orang lainnya masih bertahan dengan mengubah cara aksi.

Patmi merupakan salah satu warga yang berniat untuk pulang, dan sudah melepaskan pemasungan semen di kakinya.