Ternyata! Kalteng Belum Analisis Kebutuhan Bawang Putih?

id Dinas Ketahanan Pangan Holtikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Sutrisno, bawang putih

Ternyata! Kalteng Belum Analisis Kebutuhan Bawang Putih?

Foto Ilustrasi - Pedagang Bawang Putih (ANTARA FOTO)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Holtikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Sutrisno mengakui pihaknya sampai sekarang belum melakukan analisis terhadap kebutuhan dan harga bawang putih.

Kebutuhan bawang putih sepenuhnya tergantung suplai dari pulau Jawa dan besaran harga yang tepat untuk wilayah Kalteng pun belum pernah dianalisis sehingga tergantung mekanisme pasar, kata Sutrisno di Palangka Raya, Kamis.

"Kami mengikuti pemberitaan media terkait kebijakan Kementerian Pertanian mengenai bawang putih, tapi secara resmi belum. Meski begitu, kita bersama Tim Penanggulangan Inflasi Daerah akan mengawal kebijakan itu," ucapnya.

Harga bawang putih di sejumlah pasar di kota Palangka Raya awalnya hanya sekitar Rp35 ribu per kilogram, namun sekarang ini mengalami kenaikan menjadi Rp55 ribu. Naiknya Bawang putih ini karena pasokan dari pulau Jawa terjadi pengurangan.

Sutrisno mengatakan bawang putih sampai sekarang ini belum pernah dibudidayakan petani Kalteng. Hal itu karena itu karena kondisi geologis provinsi nomor dua terluas di Indonesia ini belum mendukung budidaya bawang putih.

"Bawang putih itu kan cocok ditanam di dataran tinggi, sedangkan Kalteng ini wilayahnya dataran rendah. Tapi, kita tidak tahu apakah sudah ada hasil penelitian bawang putih bisa ditanam di dataran rendah. Kalau memang sudah ada, mungkin bisa dibudidaya," kata Sutrisno.

Sebelumnya, Bank Indonesia Perwakilan Kalteng dan Dinas Dinas Ketahanan Pangan Holtikultura dan Peternakan Kalteng melakukan penandatangan nota kesepahaman memperkuat Ketahanan Pangan.

Kepala BI Perwakilan Kalteng Wuryanto menyebut penandatangan nota kesepakatan bukan sekedar menghadapi bulan ramadhan, melainkan bersifat jangka panjang sekaligus memperkuat program pertanian yang telah dijalankan selama ini.

Dia mengatakan berperannya BI dalam mengembangkan produktivitas pertanian sebagai upaya mendorong ketahanan ekonomi daerah sekaligus mengendalikan inflasi.

Selama ini berbagai komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat di Indonesia kebanyakan di impor, sehingga rawan terjadi permainan dan berdampak pada tingginya angka inflasi.

"Kita ingin apapun komoditas pertanian yang dibutuhkan masyarakat bisa terpenuhi tanpa harus mengimpor. Bahkan, jika memungkinkan hasil pertanian di setiap daerah tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat tapi juga diekspor ke negara lain," kata Wuryanto.