Debit Sungai Barito Naik, Dishub Barut Larang Tongkang Berlayar

id dishub barut, Rizalfi, Debit Sungai Barito Naik, Dishub Barut Larang Tongkang Berlayar

Debit Sungai Barito Naik, Dishub Barut Larang Tongkang Berlayar

Sebuah tongkang bermuatan ribuan ton batu bara melintasi di bawah jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh. (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, melarang tongkang yang mengangkut batu bara dan kayu melewati bawah Jembatan K.H. Hasan Basri Muara Teweh karena debit air pedalaman Sungai Barito naik.

"Sejak Minggu (21/5) pagi semua angkutan tambang dan kayu dilarang melewati jembatan karena permukaan air Sungai Barito di atas normal," kata Kasi Lalu Lintas Angkutan Sungai dan Penyeberangan Bidang Perhubungan Sungai dan Penyeberangan pada Dinas Perhubungan Barito Utara, Rizalfi di Muara Teweh, Senin.

Sejumlah tongkang bermuatan batu bara maupun kosong sempat melintasi Jembatan K.H. Hasan Basri pada beberapa hari lalu, saat debit Sungai Barito normal, namun kini dilarang berlayar.

Kenaikan debit air di pedalaman Sungai Barito itu, akibat curah hujan tinggi, terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya dan sebagian lainnya karena air sungai meluap di kawasan Kabupaten Barito Utara.

Ketinggian air permukaan Sungai Barito pada Senin (22/5) siang tercatat standar tinggi air Muara Teweh 11,80 meter menunjukkan angka di atas normal sehingga tongkang dan kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan sepanjang 270 meter yang dibangun pada 1990 itu.

"Untuk sementara transportasi sungai, khususnya angkutan kapal bertonase besar, dari hulu ke hilir dihentikan sampai kondisi air sungai turun pada STA 11,50 meter," kata Rizalfi.

Ia mengatakan sebagian besar angkutan kapal tunda (tugboat) dan tongkang batu bara sudah berlayar sebelum ketinggian air Sungai Barito di atas normal.

Namun, sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara milik perusahaan pemegang izin kuasa pertambangan (KP) dan pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) terpaksa bersandar di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito karena tidak bisa melewati jembatan.

"Sejumlah tongkang masih ada tertahan di wilayah hulu, sebagian besar sudah lewat saat air belum naik," katanya.