BPS Kalteng Catat Nilai Tukar Petani Kalteng Turun

id BPS Kalteng, nilai petani kalteng, petani kalteng, BPS, BPS Kalteng Catat Nilai Tukar Petani Kalteng Turun, Hanif Yahya

BPS Kalteng Catat Nilai Tukar Petani Kalteng Turun

Ilustrasi - (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani di provinsi Kalimantan Tengah selama Juli 2017 sebesar 98,48 persen, turun 0,71 persen dibandingkan Juni 2017 yang mencapai 97,19 persen.

Turunnya nilai tukar petani itu dipengaruhi naiknya indeks harga yang harus dibayar sebesar 0,48 persen, sedangkan diterima hanya 0,43 persen, kata Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya di Palangka Raya, Sabtu.

"Penurunan itu juga karena nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat 1,48 persen, tanaman pangan 0,27 persen, dan hortikultura 0,14 persen. Hanya subsektor perikanan yang naik 0,27 persen dan peternakan 0,12 persen," tambahnya.

Berdasarkan hasil pantauan BPS, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) di Provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila" ini juga mengalami penurunan sebesar 0,55 persen, yakni dari 104,42 pada Juni 2017 menjadi 103,87 di Juli 2017.

Hanif mengatakan, secara garis besar nilai tukar pada NTUP cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai tukar petani pada periode waktu yang sama. Di mana selama Juli 2017 NTUP mencapai 103,87 persen, sementara nilai tukar petani hanya sebesar 96,48 persen.

"Itu mengindikasikan adanya kecenderungan daya tukar hasil produksi rumah tangga petani, termasuk peternak dan nelayan masih tergerus lebih tingginya indeks harga barang dan jasa untuk kebutuhan konsumsi dan produksi," beber dia.

Tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di wilayah pedesaan Kalteng, mencerminkan adanya perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani produsen yang secara umum terjadi dipedesaan.

Dilihat dari kelompok pengeluaran rumahtangga, terjadi inflasi sebesar 0,43 persen selama Juli 2017. Tinggat inflasi tersebut dipengaruhi meningkatnya indeks harga konsumsi rumah tangga pada semua kelompok pengeluaran.

"Laju inflasi sebesar 1,39 persen terutama juga masih dikendalikan kelompok pengeluaran perumahan, kesehatan dan sandang. Sedangkan untuk inflasi tahun ke tahun sebesar 2,22 persen dipengaruhi meningkatnya indeks harga seluruh kelompok pengeluaran," demikian Hanif.