Sumbangan Devisa Pariwisata RI Masih Kalah dari Thailand dan Malaysia

id devisa pariwisata, pariwisata, deputi Gubernur senior BI

Sumbangan Devisa Pariwisata RI Masih Kalah dari Thailand dan Malaysia

Wisatawan mancanegara mengangkat koper saat tiba di pelabuhan Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Padang (Antara Kalteng) - Bank Indonesia menilai sumbangan sektor pariwisata terhadap cadangan devisa Indonesia, masih relatif terbatas bila dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, dangan devisa dari sektor pariwisata sepanjang tahun lalu mencapai 11,3 miliar dolar AS, masih jauh dibandingkan Thailand yang mencapai 49,9 miliar dolar AS dan juga negara tetangga Malaysia 18,1 miliar dolar AS.

"Kalau dibandingkan dengan negara lain yan jumlah turisnya tiga kali lipat kita seperti Thailand, jumlah turis yang masuk 27-30 juta dibanding kita tahun lalu 12 juta. Tahun ini mudah-mudahan 15 juta," ujar Mirza saat acara bertema "Regional Investment Forum (RIF)" di Padang, Senin.

Dengan semakin bertambahnya jumlah turis mancanegara yang masuk ke Indonesia, lanjut Mirza, maka diharapkan jumlah cadangan devisa juga akan meningkat.

"Kalau kita 12 juta turis, tahun ini bisa 15 juta turis, lalu dua tahun ke depan bisa 20 juta turis, bisa double, ya tentu jumlah devisa masuk akan lebih banyak," katanya.

Potensi devisa dari sektor pariwisata sendiri diperkirakan mencapai Rp260 triliun, artinya sektor tersebut akan menjadi penghasil devisa terbesar bagi Indonesia di masa mendatang.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), peranan sektor pariwisata terus menunjukkan kecenderungan kenaikan yang positif. Pada periode 2013, sumbangan sektor pariwisata tercatat mencapai 602 juta dolar AS atau menyumbangkan 1,45 persen dari total investasi nasional.

Pada semester I 2017, sumbangan sektor pariwisata mencapai 929 juta dolar AS atau 3,67 persen dari total investasi nasional, artinya angka yang dicapai itu bila dibandingkan dengan total investasi nasional kenaikannya mencapai 1,5 kali lipat.