Bencana Karhutla 2015 Sadarkan Warga Jaga Lingkungan

id pemkab pulang pisau, pulpis, Bencana Karhutla 2015, kebaaran hutan, asap

Bencana Karhutla 2015 Sadarkan Warga Jaga Lingkungan

Foto Dokumentasi : Warga berjalan menembus kabut asap di kawasan Tugu Soekarno, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (20/10). (ANTARA FOTO/Ronny NT)

Pulang Pisau (Antara Kalteng) - Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan yang terjadi di tahun 2015 menjadi pengalaman pahit sekaligus menyadarkan warga di Desa Garung, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, untuk menjaga lingkungan.

Mayoritas penduduk di desa ini hidup dari pertanian namun karena kejadian karhutla di tahun 2015 membuat pola membersihkan dan membuka lahan dengan cara dibakar tidak lagi dilakukan sampai sekarang ini, kata Kepala Desa Garung, Wanson di Pulang Pisau, Kamis.

"Di desa ini juga telah terbentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang sekarang ini jumlahnya sekitar 20 orang. Kita juga sekarang ini sedang merencanakan hutan desa dengan luasan sekitar 5 ribu hektar," tambahnya.

Meski kesadaran warga Desa Garung dalam menjaga lingkungan meningkat, namun Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalteng serta Pemerintah Pusat tetap diharapkan dapat memberikan bantuan dalam membersihkan ataupun membuka lahan agar bercocok tanam dapat kembali dilaksanakan.

Wanson mengatakan Desa ini baru di tahun 2017 masuk program cetak sawah baru dengan luas sekitar 8 hektar. Hanya, petani di desa ini sebenarnya tidak terlalu menginginkan lahan yang luas, melainkan dapat ditanami dan menghasilkan.

"Selama ini percetakan sawah yang ada ini hanya sebatas pembukaan, tidak sampai bisa ditanami. Ini yang perlu kita minta perhatian dari Pemerintah Kabupaten, Provinsi hingga Pusat agar masyarakat di desa ini bisa kembali bercocok tanam," kata Wanson.

Desa berpenduduk lebih dari 1.000 jiwa ini di tahun 2015 mengalami musibah karhutla yang tidak hanya berdampak pada terbakarnya kebun milik masyarakat, namun juga membuat sejumlah rumah dan bangunan habis dilahap si jago merah, bahkan seorang warga harus meninggal dunia.

Salah seorang tokoh di Desa Garung, Taliman mengatakan sekitar 500 personil tentara harus menginap di desa ini kurang lebih sebulan hanya untuk memadamkan sekaligus mencegah agar karhutla tidak terjadi lagi.

"Kebakaran hutan dan lahan di tahun 2015 lebih parah dibandingkan tahun 1997. Benar-benar lebih parah. Syukur sekarang membersihkan dan membuka lahan dengan cara dibakar. Jangan lagi lah terulang kembali seperti tahun 2015," kata Taliman.