Pembeli di Sampit Keluhkan Harga Cabai Rp70.000/Kg, Apa Penyebabnya?

id cabai, harga cabai, pasar tradisional

Pembeli di Sampit Keluhkan Harga Cabai Rp70.000/Kg, Apa Penyebabnya?

Harga cabai rawit di pasar tradisional di Sampit naik tinggi, Jumat (12/1/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Harga cabai rawit di pasar tradisional di kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, kembali melonjak tajam menjadi Rp Rp70.000 per kilogram sehingga dikeluhkan pembeli.

"Kaget juga tadi setelah tahu harganya naik lagi. Tadi saya cek di beberapa penjual cabai rawit, harganya sama yaitu Rp7.000 per ons, artinya Rp70.000 per kilogram," kata Rusmiati, warga Sampit, Jumat.

Pantauan di Pasar Keramat Sampit, hampir semua pedagang mematok harga jual cabai Rp70.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan saat kondisi normal yang hanya berkisar Rp30.000 hingga Rp40.000 per kilogram.

Kenaikan harga cabai rawit ini terjadi dalam sepekan terakhir. Pedagang beralasan kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi di tingkat agen atau pedagang besar sehingga pedagang pengecer juga harus menyesuaikan harga agar bisa tetap mendapatkan keuntungan.

Meski panen cabai rawit oleh petani Kotawaringin Timur terus meningkat, namun belum mampu sepenuhnya memenuhi permintaan pasar. Akibatnya, pedagang masih mendatangkan sebagian cabai rawit dari Pulau Jawa.

Ketergantungan pasokan ini membuat harga cabai di pasar tradisional di Sampit naik signifikan saat pasokan dari luar daerah terganggu. Jika harganya terlalu tinggi, biasanya juga akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

Agar pembeli tidak merasa terlalu terbebani dengan mahalnya harga, pedagang menyiasatinya dengan menjual cabai rawit per bungkus dengan berat satu ons seharga Rp Rp7.000. Cara ini cukup efektif menjadi solusi karena pembeli masih bisa mendapatkan cabai rawit meski tidak terlalu banyak karena harganya masih tinggi.

"Kondisinya memang seperti ini. Saat barang kosong harga langsung naik. Apalagi saat ini di daerah kita kan banyak yang terendam banjir, mungkin panen cabai rawit berkurang, sementara permintaannya tetap tinggi sehingga harganya naik," kata Yani, salah seorang pedagang.

Masyarakat berharap ketersediaan cabai rawit memadai sehingga harganya kembali stabil. Kenaikan harga cabai rawit cukup menjadi perhatian karena konsumsi masyarakat di daerah ini cukup tinggi.

Sementara itu, Dinas Pertanian Kotawaringin Timur dalam beberapa kesempatan terus mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman-tanaman bermanfaat dan bernilai ekonomis, seperti cabai rawit, tomat dan lainnya. Tanaman tersebut sangat mudah tumbuh meski hanya ditanam dalam pot berukuran sedang, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang untuk membelinya di pasar.