Tambal Sulam Jalan Poros Tengah Trans Kalimantan Pemborosan

id jimin, dprd kalteng, trans kalimantan

Tambal Sulam Jalan Poros Tengah Trans Kalimantan Pemborosan

Anggota DPRD Kalteng, Jimin. (Foto Antara Kalteng/Yossy Trisna)

Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Anggota Komisi D DPRD Kalimantan Tengah, Jimin menganggap tambal sulam yang dilakukan Pemerintah Pusat di sepanjang ruas jalan Bukit Rawi bagian dari poros tengah trans Kalimantan, merupakan langkah kurang tepat dan pemborosan anggaran.

Kondisi gambut di sepanjang Ruas jalan Bukit Rawi Kabupaten Pulang Pisau itu sangat dalam sehingga tambah sulam tidak akan menyelesaikan kerusakan yang selalu terjadi diakibatkan genangan air saat curah hujan tinggi, kata Jimin di Palangka Raya, Kamis.

"Mari kita lihat dan ingat-ingat kembali, sudah berapa tahun ini tambal sulam dilakukan, apakah kerusakan bisa diatasi, tidak kan. Berapa banyak anggaran yang terbuang sia-sia hanya untuk melakukan tambal sulam," tambahnya.

Menurut dia, pembangunan `pile slab` seperti yang disarankan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) merupakan solusi paling tepat. Hanya, solusi yang telah disampaikan berkali-kali kepada Pemerintah Pusat sampai sekarang ini belum juga direalisasikan.

Wakil Rakyat dari daerah pemilihan III Kalteng meliputi Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan serta Lamandau ini mengatakan, penanganan ruas jalan Bukit Rawi telah diambil Pemerintah pusat atau berubah status menjadi jalan Nasional.

"Kita berharap sekali Pemerintah Pusat membangun "pile slab" tersebut. Ruas jalan Bukit Rawi itu jalan yang menghubungkan Palangka Raya dengan Kabupaten Pulang Pisau serta lima Kabupaten di wilayah timur Kalimantan Tengah," ucapnya.

Berdasarkan data PUPR Kalteng, panjang jalan yang harus dibangun menggunakan teknik "pile slab" di ruas Bukit Rawi sepanjang 4 Km. Sedangkan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun "pile slab" tersebut sekitar Rp402 miliar lebih.

"Kalau masih tetap melakukan tambal-sulam, yakinlah ruas jalan Bukit Rawi akan selalu rusak dan mengganggu masyarakat yang melintasinya. Kita sudah lihat, solusinya memang `pile slab`. Itu hasil kunjungan kita berkali-kali," demikian Jimin.