Sampi (Antaranews Kalteng) - Minuman khas kopi Sampit dari bahan baku kopi hasil produksi tanaman daerah setempat yang ikut buka stan pada Sampit Expo, ramai diminati para pengunjung terutama warga asal luar daerah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
"Kopi Sampit memiliki cita rasa tersendiri, dan cocok bagi penggemar kopi ataupun bagi yang mau coba minum kopi," ucap Abdul Hafid salah seorang pengunjung Sampit Expo di Sampit, Minggu.
Hafid termasuk salah satu warga yang masih penasaran dengan kopi Sampit. Meski sebelumnya sudah pernah merasakan kopi Sampit, dia penasaran karena kini ada beberapa varian rasa kopi yang dikemas apik oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Tidak heran ketika berkunjung ke Sampit Expo 2018, Hafid sengaja mencari stan yang menyediakan kopi Sampit. Bahkan dia mengajak beberapa rekannya dari Palangka Raya untuk mencicipi kenikmatan kopi Sampit.
"Kita harus bantu mempromosikannya agar kopi Sampit makin terkenal dan diminati. Selain mengangkat produk khas daerah, ini juga upaya kita membantu mengangkat sektor UMKM sehingga berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Hafid.
Di arena Sampit Expo 2018, kopi Sampit bisa ditemukan di stan Kecamatan Pulau Hanaut yang bergabung dengan Kecamatan Seranau. Kopi Sampit asal Pulau Hanaut sudah cukup populer dengan merek kopi Bapinang yang diambil dari nama daerah penghasil yakni Desa Bapinang.
Kopi Sampit asal Bapinang sudah dikemas dengan bagus dan menarik sehingga banyak warga yang tertarik membeli, apalagi ada beberapa varian rasa yang ditawarkan. Tidak sedikit warga yang masih seakan tidak percaya ternyata kopi juga bisa tumbuh subur di Kotawaringin Timur yang sebagian lahannya merupakan gambut.
"Kami berharap kopi hasil produksi desa-desa di kecamatan kami makin diminati masyarakat sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Ayo kita sama-sama membantu petani kita dengan ikut mempromosikan dan mengonsumsi hasil pertanian lokal," kata Camat Pulau Hanaut H Eddy Mashami.
Pengembangan kopi Sampit terdapat di sejumlah kecamatan seperti Pulau Hanaut, Baamang dan Seranau. Namun saat ini produksi terbesar ada di Pulau Hanaut yang memang sudah banyak digeluti secara turun temurun.
Eddy menjelaskan, hasil pendataan saat ini ada sekitar 33 hektare kebun kopi di kecamatannya yang tersebar di 11 desa. Produksinya tahun 2017 lalu masih terbatas yakni sekitar 1.530 biji kopi kering, namun terus meningkat.
Pengembangan kopi saat ini masih dilakukan secara perorangan oleh petani setempat. Pengelolaannya juga masih sederhana karena petani mengandalkan pengetahuan yang didapat secara otodidak.
Masyarakat cukup bersemangat mengembangkan perkebunan kopi karena permintaan mulai meningkat. Masih ada sekitar 50 hektare lahan di Pulau Hanaut yang berpotensi dikembangkan untuk kebun kopi.
Masyarakat sangat membutuhkan pembinaan dan bimbingan supaya komoditas ini bisa lebih berkembang sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Berita Terkait
Penumpang bus arus balik Lebaran di Sampit naik tipis
Jumat, 19 April 2024 7:14 Wib
Pemkab Kotim optimalkan normalisasi sungai atasi banjir di Sampit
Jumat, 19 April 2024 6:31 Wib
BKSDA Sampit pantau orang utan menyasar ke kawasan bandara
Jumat, 19 April 2024 5:42 Wib
KPU Kotim tetapkan minimal dukungan calon perseorangan Pilkada 25.807 orang
Jumat, 19 April 2024 5:37 Wib
DPMD Kotim dorong pemerintah desa optimalkan pengembangan BUMDes
Rabu, 17 April 2024 21:49 Wib
Dinkes Kotim berikan penyuluhan kesehatan warga binaan Lapas Sampit
Rabu, 17 April 2024 19:26 Wib
Halalbihalal Sekretariat DPRD Kotim momentum tingkatkan kekompakan
Rabu, 17 April 2024 6:36 Wib
Pantai Ujung Pandaran masih paling diminati wisatawan
Rabu, 17 April 2024 6:01 Wib