Serangan buaya meningkat, ini sikap Pemkab Kotim

id serangan buaya, buaya mentaya, bksda kalteng,sekda kotim

Serangan buaya meningkat, ini sikap Pemkab Kotim

Tim BKSDA memasang pancing dengan umpan bebek untuk menangkap buaya pemangsa di Sampit, Rabu (4/4/2018). (Foto Dokumentasi BKSDA)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menyikapi makin meningkatnya kasus serangan buaya terhadap warga yang beraktivitas di Sungai Mentaya.

"Kami prihatin juga dengan kejadian ini. Jangan sampai ada lagi jatuh korban jiwa karena serangannya makin meningkat," kata Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur, Halikinnor di Sampit, Rabu.

Pemkab berkoordinasi dengan BKSDA dan menyampaikan imbauan kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di sungai saat sore hingga dini hari, karena saat-saat itu yang sering terjadi serangan buaya.

Pada Senin (2/4) sekitar pukul 17.30 WIB, seorang pelajar bernama Yafqahu Kauli (17) warga Desa Ganepo Kecamatan Seranau, diserang buaya saat mandi di lanting depan rumahnya di pinggir sungai.

Akibat kejadian itu, korban menderita luka robek di pergelangan tangan kiri dan harus mendapat jahitan. Korban bersyukur karena berhasil selamat dari keganasan buaya tersebut.

Ini kejadian kedua kasus buaya menyambar manusia selama 2018 ini. Kejadian serupa juga terjadi di desa yang sama yakni Desa Ganepo yang di perairannya selama ini memang sering terlihat kemunculan buaya besar jenis buaya capit dan buaya muara.

Pada Kamis (8/3) sekitar pukul 18.00 WIB lalu, seorang ibu rumah tangga di desa itu bernama Jumi (49), juga disambar buaya saat mencuci pakaian menjelang magrib.

Untungnya saat itu mulut buaya terhalang kayu sehingga tidak berhasil menarik tubuh Jumi ke sungai. Korban menderita robek pada tangan kiri dan kanannya yang sempat dicakar dan digigit buaya.

Halikinnor mengatakan, pemerintah daerah akan mendukung dan siap membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dalam mengatasi masalah ini.

Selain opsi menangkap dan merelokasi buaya, dirasa perlu observasi untuk mengetahui penyebab buaya makin sering menyerang manusia, apakah karena kesulitan mencari makan atau karena faktor lain.

"Memang ada usulan warga untuk pengadaan jaring agar buaya tidak masuk rumah, tapi saya rasa itu belum menyelesaikan masalah. Harus dikaji apa penyebab dan solusinya. Kami percaya BKSDA tau karena itu memang bidang mereka," kata Halikinnor.

Sementara itu, BKSDA kembali berusaha menangkap buaya dengan cara memasang pancing dengan umpan bebek. Kali ini diharapkan membuahkan hasil sehingga buaya pemangsa bisa ditangkap dan direlokasi.

"Pagi tadi pancing sudah kami pasang di dua lokasi yaitu di muara Sungai Remiling dan di sekitar lokasi serangan. Mudah-mudahan kali ini berhasil," harap Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah.

Menurut Muriansyah, biasanya buaya agresif saat musim kawin. Namun kini serangan buaya makin meningkat, diduga karena satwa ganas itu makin kesulitan mendapatkan makanan di habitatnya sehingga menyasar perairan sekitar penduduk dengan mengincar ternak warga, bahkan menyerang manusia.

Kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya makin sering terjadi. Desember 2017 lalu terjadi dua kali sambaran buaya, untungnya korbannya berhasil selamat. Sebelumnya, kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya sudah beberapa menyebabkan korban jiwa, bahkan sebagian jenazah korban tidak ditemukan lagi.