Ratusan hektare kebun karet di Barito Utara terendam banjir

id kebun karet, karet

Ratusan hektare kebun karet di Barito Utara terendam banjir

Ilustrasi - Seorang warga naik perahu kecil (jukung) melintas di sekitar kebun karetnya yang terendam banjir di Muara Teweh. (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antaranews Kalteng) - Ratusan hektare kebun karet milik warga sejumlah desa di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah terendam banjir luapan Sungai Barito dalam sepekan terakhir.

"Akibat kebun karet terendam banjir, usaha masyarakat di tempat kami terhenti total karena komoditas itu merupakan mata pencaharian utama," kata seorang warga Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru, Igang, di Muara Teweh, Jumat pagi.

Meski banjir pekan lalu sudah surut, namun ketinggian air di bataran Sungai Barito masih tinggi sehingga kebun karet warga yang sebagian besar berada di pinggiran sungai tersebut masih terendam banjir.

"Hari ini kelihatannya debit Sungai Barito naik kembali dan air mulai menggenangi jalan di kawasan Manggala Kelurahan Jambu," katanya.

Petani karet lainnya, Adi, warga Dusun Pararawen, Desa Lemo, Kecamatan Teweh Tengah mengakui meski banjir secara perlahan surut, namun sebagian besar kebun karet warga yang berada di dataran rendah masih terendam banjir sehingga tidak bisa menyadap karet.

"Kami berharap banjir cepat surut, karena sudah mengganggu perekonomian warga. Kami juga mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah," katanya lagi.

Sementara Dinas Perhubungan Kabupaten Barito Utara, kembali melarang tongkang yang mengangkut batu bara dan kayu melewati bawah Jembatan KH Hasan Basri karena debit air pedalaman Sungai Barito naik.

"Sejak hari ini Jumat (4/5) semua angkutan tambang dan kayu kembali dilarang melewati jembatan, karena permukaan air Sungai Barito di atas normal," kata Kepala Dermaga Muara Teweh Dinas Perhubungan Barito Utara Muhammad Nurdin.

Sejumlah tongkang bermuatan batu bara maupun kosong sempat melintasi Jembatan KH Hasan Basri pada pekan lalu saat debit Sungai Barito normal, namun kini kembali dilarang berlayar.

Kenaikan debit air di pedalaman Sungai Barito itu akibat curah hujan tinggi, terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya dan sebagian lainnya karena air sungai meluap di kawasan Kabupaten Barito Utara.

Ketinggian air permukaan Sungai Barito pada Jumat pagi pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh tercatat 11,45 meter menunjukkan angka di atas normal, sehingga tongkang dan kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan sepanjang 270 meter yang dibangun pada 1990 itu.

"Untuk sementara transportasi sungai khususnya angkutan kapal bertonase besar dari hulu ke hilir dihentikan sampai kondisi air sungai turun," kata Nurdin.