Berwisata ke Sagonta Kota, ternyata dermaganya mengerikan seperti ini

id wisata hutan sagonta,sampit,kotim, Wakil Bupati HM Taufiq Mukri

Berwisata ke Sagonta Kota, ternyata dermaganya mengerikan seperti ini

Wakil Bupati Kotim HM Taufiq Mukri memeriksa lantai dermaga yang bolong akibat papan ulinnya diduga sudah lama dicuri orang, Sabtu (12/5/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

...Taufiq terlihat kecewa ketika mendapati lantai dermaga yang terbuat dari kayu ulin, banyak yang bolong. Puluhan keping ulin lantai dermaga itu diduga dicuri orang karena kayu jenis ini harganya memang cukup mahal
Sampit (Antaranews Kalteng) - Kondisi dermaga wisata hutan Sagonta Kota di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dalam kondisi memprihatinkan padahal hutan tersebut dipromosikan sebagai salah satu destinasi wisata.

"Kondisi dermaga tidak terpelihara, lantainya dari kayu ulin banyak yang hilang, entah karena hanyut terbawa air atau karena dicuri. Ini tentu menjadi perhatian pemerintah daerah," kata Wakil Bupati HM Taufiq Mukri di Sampit, Sabtu.

Taufiq ikut rombongan wisatawan lokal menikmati wisata susur Sungai Mentaya menggunakan kapal wisata yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur.

Kapal bertolak dari dermaga Pusat Perbelanjaan Mentaya, kemudian menyusuri pinggir sungai hingga ke hutan Sagonta Kota di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang.

Saat tiba dan naik ke dermaga wisata hutan Sagonta Kota, Taufiq terlihat kecewa ketika mendapati lantai dermaga yang terbuat dari kayu ulin, banyak yang bolong. Puluhan keping ulin lantai dermaga itu diduga dicuri orang karena kayu jenis ini harganya memang cukup mahal.

Saat menuju tempat santai di dermaga itu, Taufiq dan wisatawan lainnya harus berhati-hati meniti rangka lantai dermaga. Jika salah langkah, wisatawan bisa terperosok dan jatuh ke sungai.

Kondisi tempat santai dermaga juga terlihat kotor dan banyak ditumbuhi tumbuhan liar. Toilet umum juga kotor dan tidak ada tersedia air bersihnya. Kondisi ini sangat tidak nyaman bagi wisatawan yang singgah ke dermaga itu.

Menurut Taufiq, kondisi itu juga dipengaruhi karena belum memadainya jalan dari kawasan dalam Sagonta Kota menuju dermaga. Akibatnya, dermaga jarang difungsikan sehingga tidak terawat.

Pemerintah daerah berupaya menyelesaikan pembuatan jalan di hutan tersebut sehingga nantinya bisa diakses melalui jalur darat dan sungai. Fasilitas pendukung lainnya juga akan dibangun agar objek wisata alam itu makin menarik untuk dikunjungi.

Pemerintah daerah sudah merencanakan menjadikan Sagonta Kota sebagai kampung wisata. Di hutan itu ada terdapat makam tua dan rencananya kawasan itu akan dikembangkan untuk menelusuri sejarah kerajaan di masa lampau yang erat kaitannya dengan berdirinya kota Sampit.

"Makanya nanti pembuatan jalan sampai ke dermaga ini akan menjadi perhatian. Sedangkan untuk mencegah pencurian lantai dermaga ini, rencananya akan direkrut petugas jaga dan dibangun pos jaga sekaligus pemandu di kawasan ini," kata Taufiq.

Sagonta Kota terletak di pinggir Sungai Mentaya, tidak terlalu jauh dari pusat kota Sampit, namun lebih mudah diakses melalui jalur sungai karena jalan darat ke lokasi ini masih berupa jalan setapak.

Luas hutan di kawasan itu mencapai 500 hektare. Namun berdasarkan pemetaan Maret lalu, luasan destinasi wisata Sagonta Kota ditetapkan hanya 200 hektare dan diusulkan penetapannya melalui surat keputusan bupati.

Hasil pendataan, diperkirakan lebih dari 39 jenis tanaman dan 40 satwa yang menghuni hutan gambut Sagonta Kota. Tanaman yang mulai langka seperti pohon besi atau ulin masih bisa ditemukan di sana. Begitu pula berbagai satwa seperti biawak, beruang hingga satwa langka seperti owa-owa dan orangutan juga masih ditemukan di kawasan itu.

Masih diperlukan jembatan kecil untuk memudahkan wisawatan menyusuri masuk ke kawasan hutan tersebut. Dari 1,5 kilometer panjang jalur hingga ke dermaga, baru 100 meter yang sudah tersedia jembatan jalurnya. Pemerintah daerah memastikan akan mengembangkan kawasan itu agar menjadi salah satu objek wisata unggulan.