Ini yang ditagih masyarakat Kotim dari Presiden Jokowi

id Ini yang ditagih masyarakat Kotim dari Presiden Jokowi,Jokowi,Jembatan mentaya,Pemkab Kotim,Taufiq Mukri

Ini yang ditagih masyarakat Kotim dari Presiden Jokowi

Masyarakat masih menunggu janji Presiden Joko Widodo membangun Jembatan Mentaya di Sampit untuk membuka keterisolasian dua kecamatan di kawasan seberang. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah berharap Presiden Joko Widodo atau Jokowi merealisasikan janji membangun Jembatan Mentaya untuk membuka keterisolasian dua kecamatan di seberang pusat Kota Sampit.

"Janji pembangunan Jembatan Mentaya itu masih sangat diharapkan masyarakat. Dulu saat telekonferensi dengan bupati, presiden menyetujui dan berjanji segera merealisasikannya. Beliau sangat mendukung," kata Wakil Bupati HM Taufiq Mukri di Sampit, Sabtu.

Sabtu siang, Taufiq ikut berwisata susur Sungai Mentaya. Kapal wisata membawa rombongan menyusuri pinggir sungai kawasan Kecamatan Baamang dan Kecamatan Seranau. Dua kecamatan yang terpisah Sungai Mentaya inilah yang rencananya akan dihubungkan dengan jembatan.

Persetujuan dan janji pembangunan Jembatan Mentaya disampaikan Presiden Joko Widodo saat melakukan video conference dengan Bupati H Supian Hadi pada 29 April 2015 dalam acara pencanangan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat. Saat itu Kotawaringin Timur adalah salah satu dari sedikit kabupaten di Indonesia yang diberi kesempatan melakukan video jarak jauh dengan presiden, disaksikan ratusan undangan.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Supian Hadi. Selain melaporkan kesiapan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat, Supian juga berkeluh kesah tentang adanya dua kecamatan yang masih terisolasi jalan darat, yakni Seranau dan Pulau Hanaut, padahal letaknya di seberang pusat kota dan hanya terpisah Sungai Mentaya.

Saat itu keluhan tersebut langsung direspons Presiden Joko Widodo. Selain menyetujui usulan pembangunan itu, saat itu presiden langsung memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum mengirim tim teknis untuk melakukan kajian lapangan dan membantu persiapannya.

Tiga tahun berlalu, rencana pembangunan tersebut belum ada kepastian. Sangat sulit bagi pemerintah daerah membangun jembatan itu dengan anggaran sendiri karena diperkirakan memerlukan biaya lebih dari Rp1 triliun.

"Memang sempat ada kendala lokasi ada pemangkasan anggaran oleh pusat. Kami menghendaki tim pemerintah pusat mempelajari kembali masalah ini. Dulu memang ada tim, tapi secara teknis belum ada turun ke Kotawaringin Timur," kata Taufiq.

Tahun 2015 lalu, Bupati H Supian Hadi meresmikan Jembatan Cempaga. Jembatan ini menghubungkan dua kawasan yang selama ini terpisah oleh sungai yakni Kecamatan Cempaga dan Seranau.

Sayangnya, rencana pembangunan lanjutan berupa badan jalan dari Jembatan Cempaga menuju desa-desa di Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut, sempat terkendala masalah status kawasan hutan. Namun tahun 2017, pemerintah menyetujui pengukuhan kawasan sehingga pembangunan jalan tersebut bisa dilaksanakan tahun ini.

Jika jalan itu terwujud, maka Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut tidak lagi terisolasi. Namun kendala lain adalah jaraknya yang cukup jauh. Untuk menyeberang ke pusat kota Sampit, warga Seranau harus memutar melalui Jembatan Cempaga dengan waktu tempuh bisa mencapai dua jam.

Untuk itulah, Jembatan Mentaya sangat dibutuhkan agar aktivitas perekonomian masyarakat semakin lancar. Harapannya agar kesejahteraan masyarakat juga semakin meningkat.