Gagal panen, petani Kotim diusulkan dapat bantuan benih

id Gagal panen, petani Kotim diusulkan dapat bantuan benih,Dinas Pertanian,Made Dikantara

Gagal panen, petani Kotim diusulkan dapat bantuan benih

Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, I Made Dikantara. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Petani Desa Parebok Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah diusulkan mendapat bantuan benih untuk meringankan beban setelah gagal panen terbesar yang pernah dialami selama ini.

"Kami sedang mengajukan bantuan benih gratis kepada pemerintah pusat untuk membantu petani yang gagal panen. Tapi bagi mereka yang ikut asuransi, tentu akan dapat dana dari asuransi itu," kata Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, I Made Dikantara di Sampit, Kamis.

Belum lama ini, petani di Desa Parebok bersedih karena sebagian dari mereka gagal panen akibat padi terserang penyakit. Made menyebutkan, luas padi yang gagal panen sekitar 300 hektare.

Kejadian itu membuat petani mengalami kerugian besar. Masalah ini menjadi perhatian pemerintah daerah dengan mengupayakan bantuan dari pemerintah pusat.

Made menjelaskan, pihaknya sudah turun ke lapangan menyikapi gagal panen tersebut. Hasil pemeriksaan, ada beberapa penyebab padi mati yakni rendaman air yang menimbulkan keasaman tinggi, serta serangan penyakit akibat hama wereng dan kresek.

Masih tingginya curah hujan membuat banyak sawah sempat terendam. Parahnya, tidak sedikit sawah yang sistem pengairannya kurang terawat sehingga rendaman air cukup lama akibat air kurang lancar mengalir ke saluran pembuangan.

Keasaman tinggi bisa diatasi dengan menyemprotkan bahan kimia. Namun penyemprotan tidak bisa dilakukan kalau air masih merendam sawah seperti saat kejadian sehingga padi akhirnya menguning dan layu.

"Kami bekerjasama dengan pihak kecamatan untuk membantu petani agar ini tidak terjadi lagi. Kami mengimbau petani juga rajin membersihkan saluran supaya sawah tidak sampai terendam lama," kata Made.

Kepala Desa Parebok, Agus Salim mengatakan, pihaknya bingung karena tidak tahu apa jenis penyakitnya yang menyerang sawah mereka. Petani mencoba menggunakan obat anti hama, namun tidak berhasil.

Serangan penyakit tersebut cukup membuat petani terpukul. Mereka sudah berharap akan mendapat hasil yang lumayan pada musim tanam kali ini, namun ternyata sebagian malah gagal panen.

Agus Salim menyebutkan, dari sekitar 1.300 hektare lahan potensial di desa itu, ada sekitar 1000 hektare yang ditanami padi. Dari jumlah tersebut, diperkirakan sekitar 50 persen di antaranya gagal panen akibat serangan hama penyakit.

"Ini gagal panen terbesar yang dialami petani di desa kami. Padi yang bisa dipanen pun kurang maksimal. Biasanya satu hektare menghasilkan sekitar tiga ton, sekarang merosot hanya mampu dapat satu ton gabah," ujar Agus Salim.

Minimnya pengetahuan membuat petani tidak bisa mengatasi penyakit padi tersebut. Obat-obatan yang mereka gunakan pun akhirnya sia-sia karena tidak mampu menyelamatkan ratusan hektare padi tersebut.