Begini cara personel BKSDA di Sampit memanfaatkan waktu senggang

id Begini cara personel BKSDA di Sampit memanfaatkan waktu senggang,Manggala Agni,Bakti Sosial,Masjid

Begini cara personel BKSDA di Sampit memanfaatkan waktu senggang

Personel Manggala Agni BKSDA Kalteng Pos Sampit bergotong royong membersihkan masjid, Senin (18/6/2018). (Foto dokumentasi BKSDA)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Personel Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah yang bertugas di Pos Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, memanfaatkan waktu senggang dengan melakukan bakti sosial membersihkan masjid.

"Tanpa mengabaikan tugas, kebetulan anggota ada waktu longgar, kami bersama-sama menggelar bakti sosial dengan membersihkan masjid. Kegiatan ini rutin kami laksanakan ketika ada waktu longgar," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Muriansyah di Sampit, Selasa.

Bakti sosial itu mereka laksanakan di Masjid Ikhwanul Muhajirin Perumahan Wengga Kecamatan Baamang, Senin (18/6). Ada 21 anggota Mangga Agni BKSDA Kalimantan Tengah yang ikut kegiatan tersebut.

Mereka berbagi tugas, seperti mengepel lantai dan dinding, membersihkan karpet, memotong rumput, menebang dahan pohon, menanam pohon, membersihkan taman dan parit, serta kegiatan lainnya.

Bakti sosial tersebut disambut gembira pengurus masjid dan warga sekitar karena dinilai sangat bermanfaat. Kegiatan itu membuat masjid menjadi makin bersih sehingga memberikan kenyamanan bagi warga yang beribadah.

Meski melaksanakan bakti sosial, mereka tetap memantau kondisi untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Jika ada kebakaran, maka tim bersama instansi lainnya langsung bergerak memadamkan api agar tidak sampai meluas.

"Saat ini kebetulan masih ada hujan sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan cukup berkurang. Tapi kami selalu waspada karena kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi kapan saja ketika lahan mulai kering akibat curah hujan berkurang," kata Muriansyah.

Kotawaringin Timur termasuk daerah yang sangat rawan kebakaran lahan karena wilayahnya banyak terdapat gambut tebal. Saat kemarau, tanah gambut sangat kering sehingga mudah terbakar dan pemadamannya sulit dilakukan karena api terus membakar hingga ke dalam tanah meski di permukaan sudah padam.

Masyarakat diminta tidak membakar lahan karena dikhawatirkan menimbulkan kebakaran lahan dan kabut asap parah. Selain itu, masyarakat juga diminta peduli membantu pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.

Kotawaringin Timur pernah memiliki pengalaman pahit kebakaran hutan dan lahan. Tahun 2015 lalu kebakaran hutan dan lahan memicu kabut asap yang sangat parah sehingga mengganggu hampir di semua sektor, seperti perekonomian, pendidikan, kesehatan dan lainnya.