Karet di Seruyan alami kenaikan harga

id Karet, harga, seruyan

Karet di Seruyan alami kenaikan harga

Ilustrasi (www.antarafoto.com) (istimewa)

Kuala Pembuang (Antaranews Kalteng) - Harga karet di tingkat petani dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah naik dari Rp6.000 per kilogram menjadi Rp7.000 per kilogram.

"Naiknya harga karet yang terjadi dua pekan terakhir tentu membuat banyak petani kembali bergairah untuk menyadap karet," kata Yarno (58), seorang petani di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Rabu.

? ? ?Posisi harga karet naik sebesar Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram tergantung kualitas karet disambut gembira para petani, karena selama ini harga karet bertahan pada harga Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram.

Meski harga karet sedang bagus, namun para petani tidak dapat meningkatkan hasil produksi secara maksimal karena kondisi cuaca sering hujan, katanya.

"Waktu efektif menyadap karena itu hanya lima hari dalam seminggu. Tetapi, karena faktor cuaca yang sering hujan akhirnya hasil produksi yang diinginkan belum sesuai dengan harapan," katanya.

Sutrisno, seorang pengumpul karet di Kecamatan Seruyan Raya mengatakan kenaikan harga karet terjadi karena meningkatnya permintaan pasar.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman yang ada, kenaikan harga karet tersebut biasa tidak berlangsung lama, dan akan kembali turun sesuai dengan perkembangan harga pasar.

"Kenaikan harga karet ini sangat membantu sekali. Namun sayangnya, kenaikan harga tersebut biasanya tidak dapat bertahan lama, paling hanya bertahan selama beberapa bulan saja dan nantinya akan berangsur-angsur turun kembali sesuai dengan situasi dan perkembangan harga pasar," katanya.

Sementara harga karet di Kecamatan Seruyan Hulu bertahan Rp4.000 hingga Rp4.500 per kilogram.

Rendahnya harga jual karet di pedalaman Seruyan tersebut dipicu karena sulitnya akses jalan yang dapat digunakan warga untuk memasarkan hasil perkebunan.

Kepala Desa Tusuk Belawan, Kecamatan Seruyan Hulu, Duyanto mengatakan karet yang dihasilkan warga dapat dipasarkan ke penampung terdekat yang ada di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, dengan jarak kurang lebih 100 kilometer dari Desa Tusuk Belawan melewati jalan perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH).

"Tapi jalan HPH ini tidak bisa selalu dilewati, terutama saat musim hujan jalan tidak bisa dilewati kendaraan biasa. Jadi dengan kondisi itu kita mau memasarkan jadi sulit, sebaliknya pembeli juga malas datang," katanya.

Ia menjelaskan karet dan rotan sebenarnya merupakan dua komoditas andalan warga pedalaman "Bumi Gawi Hatantiring" untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Di Desa Tusuk Belawan dengan jumlah penduduk sekitar 300 jiwa terdapat sedikitnya 500 hektar kebun karet dan rotan yang telah lama diusahakan secara turun-temurun.

"Rata-rata getah karet yang dihasilkan per hari 10-20 kilogram per orang. Tapi karena pemasaran sulit dan harganya murah, banyak kebun karet yang tidak dimanfaatkan warga," katanya.