Nelayan Kotim tetap melaut meski gelombang tinggi

id Nelayan Kotim tetap melaut meski gelombang tinggi,Ujung Pandaran,BMKG

Nelayan Kotim tetap melaut meski gelombang tinggi

Nelayan Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotim, membersihkan alat tangkap usai digunakan. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah tetap melaut namun mereka membatasi jangkauan wilayah karena gelombang yang masih tinggi.

"Alhamdulillah nelayan masih bisa bekerja. Kemarin pas ada teduhnya (gelombang rendah, red.), tapi tidak berani jauh dari pantai," kata Kepala Desa Ujung Pandaran Aswinnor di Sampit, Selasa.

Nelayan Kotawaringin Timur tersebar di sejumlah kecamatan, yakni Teluk Sampit, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara dan Seranau.

Namun konsentrasi terbesar nelayan berada di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit dan sekitarnya.

Saat ini, aktivitas nelayan cukup tergantung cuaca karena kapal atau perahu yang digunakan umumnya berukuran kecil. Saat gelombang tinggi, nelayan tidak berani melaut lebih jauh karena khawatir dihantam gelombang.

Saat masa paceklik tersebut, nelayan hanya mencari ikan di pesisir atau laut dangkal. Setidaknya, hasilnya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sambil menunggu kondisi laut kembali normal.

"Sekarang nelayan masih bisa berangkat ke laut. Kebetulan mereka mencari udang windu manis di laut dekat perairan Cemeti," tambah Aswinnor.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun H. Asan Sampit, Nur Setiawan, mengimbau nelayan memperhatikan kondisi cuaca di laut.

Jika cuaca sedang buruk, nelayan diminta tidak memaksakan diri mencari ikan ke laut dalam.

"Untuk kapal-kapal besar, seperti kapal penumpang, masih cukup aman. Namun untuk kapal nelayan yang umumnya tidak terlalu besar, ini cukup membahayakan dan bisa menyebabkan kecelakaan," katanya.

Berdasarkan hasil analisa, dalam sepekan terakhir ini tinggi gelombang di perairan Kotawaringin Timur berkisar 0,5 meter hingga 1,5 meter. Tinggi gelombang tersebut sudah termasuk kategori berbahaya karena bisa membuat kapal nelayan terbalik atau karam.

Kondisi seperti itu memang menjadi dilema bagi nelayan karena mereka tidak mendapat penghasilan jika tidak melaut.

Namun, nelayan diharapkan selalu mengutamakan faktor keselamatan karena hal itu sebagai hal yang lebih utama.

"Jika memang ingin tetap melaut, cukup di laut dangkal atau pesisir," katanya.