Peringati Pekan Hari Konservasi, BKSDA gelar lomba fotografi tingkat pelajar

id BKSDA,Pekan Hari Konservasi Alam Nasional

Peringati Pekan Hari Konservasi, BKSDA gelar lomba fotografi tingkat pelajar

Para pelajar dari SD dan SMP mengikuti lomba dalam rangka hari konservasi alam nasional di Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah, Minggu (5/8/18). (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antaranews Kalteng) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Seksi Konservasi Wilayah III Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara memperingati Pekan Hari Konservasi Alam Nasional dengan menggelar sejumlah lomba diikuti pelajar di kawasan cagar alam Pararawen

Kepala BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh Kabupaten Barito Utara Nizar Ardhianto di Muara Teweh, Minggu, mengatakan kegiatan itu meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap konservasi alam.

Sejumlah pelajar mengikuti lomba mewarnai tingkat SD dan melukis tingkat SMP, serta lomba fotografi dan perang sampah di Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah.

Pekan Hari Konservasi Alam Nasional diperingati setiap 10 Agustus. Kegiatan itu dicanangkan secara nasional pada 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Kegiatan ini dalam rangka menyemarakkan Hari Konservasi Alam kita dari BKSDA SKW III juga memperingati Hari Konservasi Alam yang merupakan peringatan kali ketiga," katanya.

Dia mengatakan selama dua tahun terakhir kegiatan itu dilaksanakan di Kota Muara Teweh, sedangkan yang ketiga dipusatkan di Desa Pendreh.

Ia menjelaskan tentang pemilihan Desa Pendreh sebagai pusat kegiatan tahun ini karena sebagai desa konservasi, berada di perbatasan dengan kawasan cagar alam.

"Kita ada tiga desa konservasi, yakni Desa Lemo I dan Lemo II, serta Desa Pendreh. Selain desa konservasi, masyarakat Desa Pendreh juga ada upaya untuk menjaga kawasan cagar alam Pararawen," kata dia.

Oleh karena berbatasan dengan areal cagar alam Pararawen, katanya, masyarakat setempat mempunyai peran besar dalam rangka melestarikan cagar alam tersebut.

"Kita juga dari peringatan konservasi alam ini mencoba mengedukasi dari anak-anak sekolah agar bisa mencintai alamnya, jangan membuang sampah sembarangan dan tidak memelihara satwa-satwa dilindungi. Sebab pada kenyataannya masih banyak warga-warga di Muara Teweh ini yang masih memelihara satwa-satwa dilindungi," ujarnya.

Kawasan cagar alam Pararawen seluas 5.855 hektare terbagi dua, yakni Pararawen I seluas 2.015 hektare dan Pararawen II mencapai 3.840 hektare, terletak di Dusun Pararawen, Desa Lemo II dan Desa Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah.

Kawasan tersebut merupakan perwakilan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh dipterocarpaceae dan sebagai habitat fauna penting.

Selain bekantan, satwa yang dilindungi lainnya di cagar alam tersebut, di antaranya kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctus malayanus), dan owa-owa (Hylobates muelleri), kijang (Muntiacus muntjak), bangkui (Presbytis rubicunda), ayam hutan (Galus galus), serta burung rangkong (Buceros sp).

Cagar alam Pararawen I dan II dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai sumber air bersih dan kepentingan wisata alam karena panorama alam yang indah. Sejumlah flora di wilayah itu, antara lain meranti (Shorea sp), geronggang (Cratoxylon arborescens), tembesu (Fagreacsororea sp), palawan (Tristania obovata), laban (Vitex pubescens), ulin (Eusideroxylon zwageri), serta madang batu (Litsea sp).