Perlu diselidiki, masyarakat pelosok Kotim kesulitan gas elpiji bersubsidi

id Perlu diselidiki, masyarakat pelosok Kotim kesulitan gas elpiji bersubsidi,DPRD,Pertamina,Abdul Sahid

Perlu diselidiki, masyarakat pelosok Kotim kesulitan gas elpiji bersubsidi

Seorang pekerja membongkar gas elpiji 3 kg di salah satu pangkalan di Sampit, belum lama ini. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Masyarakat pelosok Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah kesulitan mendapatkan gas elpiji subsidi 3 kg.

Anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Abdul Sahid di Sampit, Rabu, mengatakan keluhan masyarakat di pelosok, seperti Kecamatan Parenggean dan sekitarnya tersebut sudah dalam tiga bulan terakhir.

"Selain sulit, gas elpiji subsidi tabung 3 kg tersebut juga mahal, pada tingkat pengecer berkisar antara Rp30.000 hingga Rp45.000/tabung," tambahnya.

Sahid mengatakan, masih belum diketahui secara pasti kelangkaan gas elpiji subsidi 3 kg tersebut yang jelas di pangkalan sering kosong.

"Normalnya jika mengacu pada HET (harga eceran tertinggi) untuk wilayah Kecamatan Parenggean dan sekitarnya gas elpiji subsidi 3 kg seharunya dijual seharga Rp20.000/tabung," ucapnya.

Menurut Sahid, di wilayah Kecamatan Parenggean saat ini ada tujuh pangkalan yang menjual gas elpiji subsidi 3 kg.

"Dalam sepekan ketujuh pangkalan tersebut mendapat jatah 100 tabung gas elpiji subsidi, jadi total ada sekitar 700 tabung gas," jelasnya.

Lebih lanjut Sahid mengatakan, pasokan 700 tabung setiap pekan tersebut dianggap masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pengguna tabung gas elpiji subsidi.

"Saya kira jatah tersebut perlu ditambah, paling tidak 1000 tabung untuk tujuh pangkalan tersebut, sebab di Kecamatan Parenggean saat ini ada 10.000 lebih penduduk, miskin yang menggunakan gas elpiji subsidi," katanya.

Sementara itu, sebelumnya Sales Eksekutif Elpiji Pertamina Kalimantan Tengah, Arya Aditya mengatakan pasokan elpiji 3 kg untuk Kalimantan Tengah setiap harinya berkisar 45.000 sampai 46.000 tabung.

Sedangkan untuk elpiji nonsubsidi yaitu tabung 5,5 kg, 12 kg, dan 50 kg rata-rata 50 ton atau sekitar 50.000 kg per hari dengan distribusi 25 hari dalam sebulan.

Selanjutnya, SPBE mendistribusikan elpiji ke pangkalan-pangkalan yang jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan. Setiap kabupaten dan kota memiliki kuota masing-masing sesuai yang ditetapkan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral yang disalurkan melalui pemerintah provinsi.

Arya mengatakan, sejauh ini distribusi masih lancar. Hambatan hanya terjadi pada jalur menuju Pangkalan Bun karena ada jembatan yang patah pada Desember 2017 lalu sehingga jembatan darurat yang ada tidak bisa angkutan berat pengangkut elpiji.

"Untuk harga, HET (harga eceran tertinggi) ditetapkan pemerintah daerah. Kalau ada pangkalan yang terbukti menjual dengan harga di atas HET, akan kami beri sanksi administratif," kata Arya.

Dia menegaskan, pangkalan elpiji wajib mencantumkan HET di papan pangkalan. Jika pangkalan menjual elpiji melebihi HET, masyarakat diminta segera melaporkannya ke Pertamina agar segera ditindak.