Ini saran generasi milenial agar Museum Kayu Sampit ramai pengunjung

id Ini saran generasi milenial agar Museum Kayu Sampit ramai pengunjung,Museum,Kotim,Disbudpar,Fajrurrahman,Hari Museum Indonesia

Ini saran generasi milenial agar Museum Kayu Sampit ramai pengunjung

Museum Kayu Sampit terus dibenahi agar makin menarik minat masyarakat untuk datang berkunjung. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah disarankan melakukan inovasi dan kreasi terhadap Museum Kayu Sampit melalui penerapan konsep ramah generasi muda atau kalangan milenial sehingga mereka tertarik berkunjung.

"Museum itu memang identik dengan barang antik atau kuno, tapi jangan juga konsepnya kuno karena generasi muda seperti kami jadi malas berkunjung. Bahkan ada yang membayangkan museum itu angker karena mungkin interiornya kurang menarik dan gelap," kata Noraida, warga Sampit di Sampit, Minggu.

Museum Kayu Sampit didirikan pada 6 Oktober 2004. Museum yang terletak di Jalan S Parman itu berkategori museum umum meski didominasi barang terkait dengan jenis dan alat produksi kayu yang menggambarkan masa kejayaan sektor perkayuan Kalimantan Tengah pada era sebelum 2000.

Menurut Noraida, pengelola perlu melakukan banyak perubahan konsep interior dan cara promosi.

Generasi milenial yang seakan tidak terpisahkan dengan teknologi digital dan internet, katanya, harus menjadi rujukan bagi pengelola dalam mempromosikan Museum Kayu dengan ikut memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut.

Ia mengemukakan bahwa pemerintah daerah tidak perlu ragu atau merasa tabu mengolaborasikan kegiatan promosi museum dengan kegiatan-kegiatan yang digemari generasi milenial.

Hal terpenting, katanya, promosi tersampaikan dengan baik dengan cara yang dapat diterima generasi muda.

"Kalau terlalu formal, saya yakin generasi muda kurang tertarik. Manfaatkan media sosial dan masuk ke komunitas-komunitas, serta kolaborasikan dengan kegiatan-kegiatan anak muda, jadi anak muda seperti kami makin familiar dengan Museum Kayu Sampit dan makin rajin berkunjung," kata Noraida.

Pada Jumat (12/10), diperingati Hari Museum Indonesia. ?Dalam peringatan itu, pemerintah mengangkat tema "Yuk ke Museum". Tema itu diangkat sebagai ajakan kepada masyarakat untuk beramai-ramai mengunjungi museum.

Untuk mewujudkan itu, pemerintah daerah dan pengelola museum harus menjadikan museum sebagai tempat kebanggaan generasi milenial.

Tujuannya, katanya, agar museum menjadi tempat yang menarik sehingga generasi muda tertarik berkunjung, tanpa disuruh.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur,Fajrurrahman sependapat dengan konsep tersebut.

Pihaknya sedang pengupayakan hal itu secara bertahap, sesuai dengan kemampuan anggaran.

"Pemerintah daerah berupaya menjadikan museum sebagai tempat belajar, juga kegiatan positif lainnya, seperti ada kegiatan implementasi budaya, melukis, hiburan, dan lainnya," kata dia.

Pengelola Museum Kayu Sampit terus berupaya meningkatkan pengunjung di antaranya dengan menggandeng sekolah di Sampit melalui program wisata Gerakan Cinta Museum.

"Gerakan Cinta Museum sudah lama berjalan, namun baru dua tahun belakangan ini mulai bangkit dan ramai pengunjung. Kami berharap sekolah memprogramkan kunjungan siswa ke museum. Jadikan kunjungan ke museum sebagai wisata pendidikan," kata Dwi Astuti Wardhani, Kepala Museum Kayu Sampit saat itu.

Di dalam Museum Kayu terdapat berbagai jenis kayu, peralatan pengolahan kayu zaman dahuulu, peralatan sehari-hari masyarakat Suku Dayak, dan suku lainnya, hingga kerangka ikan paus.

Nama Museum Kayu dipilih untuk mengenang sejarah bahwa kabupaten itu pada masa lalu pernah berjaya di sektor perkayuan. Melalui museum itu, pemerintah ingin menyampaikan kepada generasi penerus terkait dengan sejarah daerah, termasuk seputar sektor perkayuan.

Dwi mengakui dana yang dialokasikan dari pemerintah daerah cukup terbatas sehingga pihaknya kesulitan merawat barang koleksi, khususnya sebagian replika jenis kayu yang pernah ada di Kotawaringin Timur. Perawatan kayu memerlukan biaya dan harus dilakukan berkesinambungan.

"Meski begitu, kami terus melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan pengunjung bekerja sama dengah pihak lain, seperti menggelar pekan budaya dan berbagai lomba dengan sasaran peserta kalangan generasi muda," ujarnya.