Kebakaran lahan berkurang, status Siaga diturunkan menjadi Waspada

id Kebakaran lahan berkurang, status siaga diturunkan menjadi waspada,Karhutla,Kotim,BPBD,Muhammad Yusuf

Kebakaran lahan berkurang, status Siaga diturunkan menjadi Waspada

Kepala Pelaksana BPBD Kotim Muhammad Yusuf memimpin rapat evaluasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, Selasa (16/10/2018). Pemerintah memutuskan menurunkan status dari Siaga menjadi Waspada. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) -Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menurunkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan menjadi waspada karena potensi kebakaran dinilai mulai berkurang.

"Hasil evaluasi hari ini, status siaga darurat diturunkan menjadi waspada. Meski status diturunkan, tetapi tim tetap waspada dan akan langsung bergerak cepat jika terjadi kebakaran lahan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Muhammad Yusuf di Sampit, Selasa.

Menurut Yusuf dengan penurunan status ini, operasional Posko Kebakaran Hutan dan Lahan yang ada di halaman Museum Kayu Sampit, dihentikan terhitung 16 Oktober atau hari ini. Selanjutnya, tim bersiaga di kantor masing-masing.

Sekitar tiga bulan sejak status siaga darurat ditetapkan pada 16 Juli 2018 lalu, posko yang disiagakan siang dan malam itu menjadi pusat kendali penanggulangan kebakaran lahan.

"Saat ini kebakaran lahan masih ada terjadi, namun jumlahnya jauh berkurang. Penanganan tetap dilakukan oleh tim kecamatan dan kabupaten hingga api padam," katanya.

Yusuf menjelaskan, hasil evaluasi jumlah hot spot atau titik panas sepanjang tahun ini terpantau sebanyak 923 titik. Lokasinya tersebar, cukup jauh dan tidak ada akses jalan. Dari jumlah tersebut, ada 291 titik yang berhasil ditangani.

Jumlah personel tidak sebanding dengan titik panas sehingga pemadaman tidak maksimal. Kondisi itu diperparah oleh rendahnya kepedulian dan partisipasi masyarakat membantu pemadaman kebakaran.

"Untuk kebakaran yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat, pemadaman dilakukan dengan pengeboman air dari udara menggunakan helikopter atau `water bombing`. Tercatat sebanyak 1.124 kali pengeboman air dilakukan oleh helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana," jelas dia.

Dia menekankan banyaknya titik panas yang terpantau satelit tidak mewakili jumlah kebakaran lahan di lapangan. Namun tim selalu menindaklanjuti dengan memeriksa ke lapangan dan memadamkan kebakaran tersebut.

Kejadian selama ini akan menjadi evaluasi untuk mengantisipasi musim kemarau tahun 2019. Komunikasi dengan pemerintah kecamatan akan ditingkatkan karena kebakaran banyak terjadi di kecamatan.

"Tahun depan personel akan diasuransikan karena kadang membahayakan keselamatan personel. Peralatan juga akan ditambah supaya penanggulangan kebakaran lebih optimal," ujar Yusuf.

Rencananya akan dilaksanakan pelatihan teknis pemadaman kebakaran di kawasan Selatan. Peserta itu selanjutnya diharapkan sebagai bagian jika nantinya untuk mendirikan posko di kawasan Selatan.

Camat Teluk Sampit, Juliansyah mengatakan tim di kecamatan terkendala terbatasnya peralatan karena lokasi kebakaran sulit jauh dijangkau. Tim yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Api juga kesulitan dana operasional, bahkan warga harus mengeluarkan biaya sendiri karena tidak ada bantuan dana sehingga berpengaruh terhadap keaktifan di lapangan.

"Harap kami dibantu. Pernah tim MPA (masyarakat peduli api) harus memadamkan api sampai subuh tapi api tidak bisa dipadamkan. Kondisi lahan di Teluk Sampit umumnya terdiri ilalang mudah terbakar dan angin sangat kencang sehingga api mudah meluas," kata Juliansyah.

Berdasarkan data, kebakaran lahan skala besar banyak terjadi di kawasan Selatan.

"Untuk itu kami mengusulkan jika terjadi kemarau, posko gabungan juga dibangun di kawasan Selatan sehingga mudah bergerak memadamkan kebakaran sehingga tidak sampai meluas," kata dia.