Kebakaran lahan memaksa orangutan "mengungsi" ke kebun warga

id Kebakaran lahan membuat orangutan

Kebakaran lahan memaksa orangutan "mengungsi" ke kebun warga

Salah satu sarang orangutan yang temukan BKSDA saat mengecek laporan gangguan orangutan di ruas jalan Lingkar Utara Sampit. (Foto BKSDA Pos Jaga Sampit)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Makin terusiknya hutan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, akibat kebakaran lahan dan penyebab lainnya, membuat satwa liar harus "mengungsi" mencari tempat baru, bahkan sampai ada yang masuk ke kebun warga.

"Kami baru saja mengecek laporan tentang gangguan orangutan di kebun warga. Lokasinya di ruas jalan Lingkar Utara. Informasi warga, orangutan yang muncul jenis jantan, diperkirakan masih berusia remaja," kata Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Jaga Sampit, Muriansyah di Sampit, Jumat.

Lokasi dilaporkannya kemunculan satwa dilindungi dengan nama latin pongo pygmaeus itu berada di ruas jalan Lingkar Utara,l Gang Anshar, Kecamatan Baamang, Sampit. Warga sempat melihat orangutan muncul di kebun mereka sehingga warga memilih menghindar karena khawatir diserang orangutan tersebut.

Saat tiba di lokasi, petugas langsung menyusuri lokasi sekitar tempat kemunculan orangutan. Namun setelah cukup lama berjalan, petugas tidak ada melihat keberadaan orangutan itu.

Petugas hanya menemukan beberapa tanda-tanda keberadaan orangutan di kawasan itu. Petugas menemukan delapan sarang lama dan satu sarang baru di atas pohon.

Lahan yang dirusak orangutan tersebut merupakan kebun nenas dan kelapa sawit milik warga, diduga karena orangutan sedang kelaparan. Luasan lahan mencapai puluhan hektare dengan vegetasi dominan semak belukar ditambah sedikit pepohonan.

Petugas menilai sumber pakan di kawasan itu tidak ada. Di kawasan itu, belum lama ini terjadi kebakaran lahan seluas lima hektare. Menurut informasi warga, di kawasan itu juga pernah terlihat beruang madu.

"Dari hasil observasi, kami menyimpulkan bahwa tingkat kerawanan konflik, masih rendah. Meski begitu, masyarakat diimbau selalu berhati-hati saat beraktivitas di kebun atau hutan agar tidak terjadi konflik dengan orangutan," sambung Muriansyah.

Orangutan diduga masuk ke kebun warga dan permukiman karena habitatnya rusak dan makin sulit mendapatkan makanan. Penyebabnya bisa akibat perambahan hutan untuk investasi maupun pembalakan liar, serta bisa pula karena dampak kebakaran hutan dan lahan.

Jika melihat kemunculan orangutan maupun satwa dilindungi lainnya, masyarakat diminta segera melaporkannya ke BKSDA agar bisa dilakukan penangkapan dan evakuasi sesuai aturan dan prosedur sehingga tidak ada yang sampai jadi korban.