Produksi padi Kalteng tahun 2018 diperkirakan hanya 742,76 ribu ton

id kalimantan tengah,produksi padi kalteng 2018,bps kalteng,hanif yahya

Produksi padi Kalteng tahun 2018 diperkirakan hanya 742,76 ribu ton

Kabid Statistik Distribusi BPS Kalteng Bambang Supriono (kiri depan) memaparkan perkiraan produksi padi Kalteng untuk tahun 2018 di Palangka Raya, Kamis (1/11/18). (Foto BPS Kalteng)

"Diketahuinya luasan panen di Provinsi Kalteng untuk tahun 2018, setelah BPS dan lembaga lain melakukan survei kerangka sampel area (KSA). Survey itu juga dapat menghitung potensi luas panen hingga tiga bulan ke depan
Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Badan Pusat Statistik memperkirakan potensi produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah selama tahun 2018 hanya berkisar 742,76 ton, yang berasal dari lahan seluas 202,14 ribu hektar.

Perkiraan tersebut setelah melihat produksi pada periode Januari sampai September 2018 sebesar 720,99 ribu ton gabah kering giling (GKG) yang berasal dari lahan seluas 195,777 ribu hektar, kata Kabid Statistik Distribusi BPS Kalteng Bambang Supriono di Palangka Raya, Jumat.

"Sementara potensi produksi padi pada Oktober 2018 diperkirakan sebesar 9,85 ribu ton, November sebesar 5,11 ribu ton, dan Desember sebesar 6,82 ribu ton. Dari perhitungan itu lah, kami melihat potensi produksi padi di Kalteng tahun 2018 sebesar 742,76 ribu ton," tambahnya.

Dikatakan, ada tiga kabupaten di Provinsi Kalteng yang produksi padi (GKG) sangat tinggi, yakni Kapuas mencapai 478,90 ribu ton, Pulang Pisau sebesar 83,35 ribu ton, dan Kotawaringin Timur sekitar 65,76 ribu ton.

"Diketahuinya luasan panen di Provinsi Kalteng untuk tahun 2018, setelah BPS dan lembaga lain melakukan survei kerangka sampel area (KSA). Survey itu juga dapat menghitung potensi luas panen hingga tiga bulan ke depan," beber Bambang.

Sejak tahun 2017, perhitungan luas lahan baku sawah disempurnakan melalui verifikasi dua tahap. Untuk tahap pertama menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi. Pemanfaatan citra satelit dalam statistik pangan telah dibahas dalam lokakarya internasional yang melibatkan FAO, IFPRI, Kementerian Pertanian, BPPT, MAPIN, IRRI, BPS, dan BIG di Kantor Staf Presiden pada tanggal 27 November 2017.

Dia mengatakan Citra satelit resolusi sangat tinggi yang diperoleh dari LAPAN yang kemudian diolah oleh BIG mengunakan metode Cylindrical Equal Area (CEA) untuk dilakukan pemilahan dan deliniasi antara lahan baku sawah dan bukan sawah. Metode ini menghasilkan angka luas sawah yang aktual sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

"Verifikasi tahap kedua dilakukan melalui validasi ulang di lapangan oleh Kementerian ATR/BPN. Masukan informasi dari hasil KSA BPS juga digunakan dalam validasi ulang dilapangan oleh Kementerian ATR/BPN," demikian Bambang.