Teknologi bawa pembudidaya ikan Seruyan tinggalkan pembuatan pakan ikan manual

id pembudidaya ikan Seruyan,pakan ikan,Teknologi bawa pembudidaya ikan Seruyan tinggalkan pembuatan pakan ikan manual,Desa Sungai Undang

Teknologi bawa pembudidaya ikan Seruyan tinggalkan pembuatan pakan ikan manual

Rahmat Santoso salah seorang pembudidaya ikan patin di Desa Sungai Undang, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, saat mengolah pakan ikan menggunakan mesin di Kuala Pembuang, Minggu, (11/11/18). (Foto Antara Kalteng / Muhammad Arif Hidayat)

Kuala Pembuang (Antaranews Kalteng) - Pembudidaya ikan di Desa Sungai Undang, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, kini meninggalkan pembuatan pakan ikan dengan cara manual dan beralih menggunakan mesin.

Rahmat Santoso salah seorang pembudidaya ikan patin di desa ini mengatakan, beralihnya pembuatan pakan menggunakan mesin teknologi ini, dikarenakan lebih efektif serta efisien hingga mampu menghemat waktu produksi.

"Membuat pakan ikan secara manual biasanya memakan waktu selama 3 jam, sedangkan menggunakan mesin hanya memerlukan waktu selama 1 jam," katanya di Kuala Pembuang, Minggu.

Pakan yang dihasilkan jauh lebih banyak menggunakan mesin, selama 1 jam masa pengolahan, pakan yang didapat adalah sebanyak 100 kilogram. Sementara cara manual hanya mampu menghasilkan sebanyak 75 kilogram pakan selama 3 jam masa pengolahan.

Peralihan ini terjadi sejak tahun 2017, berkat bantuan mesin pengolah pakan ikan dengan sistem pinjam pakai dari pemerintah desa yang memanfaatkan dana desa. Setiap kelompok pembudidaya ikan mendapatkan satu bantuan mesin yang digunakan bersama.

Ia menjelaskan, kecepatan pembuatan pakan berdampak positif terhadap masa panen. Sebelumnya, untuk panen pada sekitar 2.000 benih ikan yang ditabur memerlukan waktu selama 6 bulan bahkan lebih, namun kini panen dapat dilakukan antara 4-5 bulan.

"Cepatnya masa panen dikarenakan pemberian pakan kepada ikan meningkat. Jika sebelumnya pemberian pakan hanya dilakukan 2 kali sehari, kini meningkat menjadi 4 kali sehari," ujarnya.

Pemasaran ikan hasil panen cukup mudah dilakukan, biasanya pengepul asal Sampit datang dan membeli semua hasil panen, dengan harga antara Rp 16-17 ribu per kilogramnya. Apabila pengepul tidak datang, ikan biasa dijual ke lingkungan sekitar yaitu dengan harga Rp 18 ribu per kilogramnya.

Rahmat mengatakan, rata-rata ikan yang dibudidayakan adalah jenis patin karena cocok dengan kondisi lingkungan. Saat air pasang ikan patin tetap berada di kolam, berbeda dengan ikan nila ataupun gabus yang akan hilang dan keluar dari kolam.

"Saat debit air meningkat, air akan meluap keluar dari kolam, kondisi inilah yang membuat ikan dapat hilang karena keluar dari kolam," terangnya kepada Antara Kalteng.

Penjabat Kepala Desa Sungai Undang Eka Puspitasari menjelaskan, pemberian bantuan mesin pengolahan pakan ikan dengan sistem pinjam pakai dilakukan sejak tahun 2017. Hal ini menindaklanjuti usulan yang pihaknya terima pada saat penggalian penjaringan aspirasi.

"Setiap program yang kami lakukan tentu harus menyesuaikan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Agar pemanfaatan dana desa yang kami terima dapat dilakukan dengan baik serta tepat sasaran," terangnya.

Sudah ada enam kelompok pembudidaya ikan yang menerima bantuan mesin pengolah pakan, setiap kelompok rata-rata terdiri dari 10 orang anggota. Evaluasi secara berkala dilakukan, untuk memantau perkembangan dan pemanfaatan bantuan oleh kelompok.

Eka memaparkan, pemerintah desa berencana menambah dua unit alat mesin pengolah pakan pada tahun 2019 mendatang, untuk dipinjamkan kepada kelompok pembudidaya lainnya. Selain sesuai kebutuhan dan usulan dari kelompok, hal ini dilakukan karena dampak positif benar-benar dirasakan oleh masyarakat.