Giliran Barsel yang mendapatkan sosialisasi program kependudukan

id BKKBN Kalteng,DPR RI,Program KB,Keluarga Berencana,Program Kependudukan

Giliran Barsel yang mendapatkan sosialisasi program kependudukan

Anggota Komisi IX DPR RI Hang Ali Saputra Syah Pahan, ketika berdialog dengan peserta sosialisasi integrasi kampung KB BKKBN bersama mitra kerja tahun 2018, di Desa Palurejo, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Senin (19/11/2018). (Istimewa)

Karena data statistik menunjukan bahwa angka perceraian tertinggi di Indonesia adalah pasangan yang menikah di usia dini (usia 19 tahun ke bawah)
Buntok (Antaranews Kalteng) - Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN)  terus aktif menggelar kegiatan sosialisasi terkait dengan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi kepada masyarakat, khususnya di Kalimantan Tengah. Kali ini giliran Kabupaten Barito Selatan yang menjadi sasaran sosialisasi program tersebut.

"Kegiatan tersebut tidak hanya dilaksanakan oleh BKKBN, tapi juga dengan melibatkan mitra kerja. Salah satunya adalah DPR RI dan instansi terkait yang berada di pemerintah daerah setempat," kata Plt Kepala Perwakilan BKKBN Kalteng yang diwakili Kabid KSP Perwakilan BKKBN Kalteng, Bakti, di Buntok, Selasa.

Menurutnya, dalam paradigma baru keluarga berencana, BKKBN selain mengintensifkan sosialisasi tentang penggunaan kontrasepsi, baik untuk perempuan atau laki-laki sebagai cara pengaturan jarak kehamilan, juga aktif mensosialisasikan penundaan usia pernikahan (PUD).

Ia mengatakan yang harus dipahami adalah keluarga berencana itu sesungguhnya bukan hanya kontrasepsi. Tetapi sesuai namanya, merencanakan sebuah keluarga dengan matang dalam semua aspek, sehingga diharapkan tercipta keluarga yang sehat serta sejahtera.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Hang Ali Saputra Syah Pahan yang merupakan mitra kerja BKKBN turut serta menyampaikan program pemberdayaan keluarga sebagai upaya membangunan kesejahteraan masyarakat. Kemudian menambah pemahaman para ibu-ibu tentang pemenuhan kebutuhan gizi berimbang bagi anggota keluarga.

"Contohnya ibu yang sedang hamil, harus paham bagaimana agar selalu memakan makanan yang bergizi agar bayi dalam kandungan terhindar dari stunting dan cacat lainnya," kata Hang Ali.

Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa untuk membangun sebuah keluarga, tidak hanya sekadar diperlukan kesiapan materi dan mental. Tetapi juga harus dibarengi dengan pengetahuan yang memadai tentang bagaimana membangun keluarga yang sehat dan sejahtera.

Baca juga: Ini daerah-daerah yang banyak pernikahan dini di Kalteng

Upaya lainnya untuk membangun keluarga yang berkualitas adalah dengan usia pernikahan yang matang, yakni perempuan di usia 21 tahun dan laki-laki usia 25 tahun. Penudaan usia pernikahan (PUD) itu tidak hanya penting dari sisi kesehatan dan reproduksi, tetapi juga secara psikologis keluarga nantinya.

Hang Ali menilai, dari sisi kesehatan, perempuan yang menikah pada usia 21 tahun, secara fisik sudah dianggap siap. Misalnya, untuk hamil dan melahirkan.

"Demikian juga dengan psikologis. Karena data statistik menunjukan bahwa angka perceraian tertinggi di Indonesia adalah pasangan yang menikah di usia dini (usia 19 tahun ke bawah). Demikian juga angka kematian bayi dan ibu melahirkan, banyak yang terjadi pada ibu yang menikah muda," ungkap Hang Ali.

Putaran sosialisasi tersebut dilaksanakan pertama di Desa Palurejo, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Senin (19/11/2018), yang diikuti 250 orang peserta yang merupakan para akseptor, kader dan penyuluh KB serta warga setempat, serta akan terus berlanjut selama beberapa hari ke depan.

Baca juga: Stunting ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia