Jokowi nilai keputusan BI sebagai langkah berani

id Jokowi,bi,bank indonesia,suku bunga naik,keputusan,langkah berani stabilkan rupiah

Jokowi nilai keputusan BI sebagai langkah berani

Ilustrasi, Bank Indonesia (Istimewa)

Jakarta (Antaranews Kalteng) - Presiden Joko Widodo mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,00 persen sebagai langkah berani dalam menjaga stabilitas rupiah dari tekanan ketidakpastian ekonomi global.

"Dalam bahasa keseharian bisa disebut taringnya BI keluar. Keberaniannya ini yang dibutuhkan saat menghadapi ekonomi dunia yang saat ini mencapai ketidakpastian," kata Presiden saat bicara dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Selasa.

Kepala Negara mengungkapkan survei yang dilakukan Bloomberg kepada 31 ekonom, hanya tiga ekonom yang mengekspektasikan BI menaikkan suku bunga saat itu.

Presiden mengapresiasi kinerja jajaran BI dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global, terutama dalam menjaga stabilitas rupiah.

Presiden menilai kebijakan BI ini membuat pasar kaget, namun disambut baik karena menunjukkan ketegasan dan determinasi BI dalam membentengi rupiah.

"Keberanian seperti ini yang kita butuhkan di saat menghadapi kondisi ekonomi dunia  yang sekarang ini kita lihat banyak ketidakpastian," kata Jokowi.

Presiden juga menyebut ekonomi masih menghadapi potensi ketidakpastian ekonomi global ditengah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Kepala Negara mengungkapkan saat dirinya hadir di KTT APEC yang diselenggarakan di Port Moresby Papua Nugini dua pemimpin negara dari dua ekonomi, nomor satu dan dua di dunia (AS dan China) bersitegang dan sulit dipersatukan.

"Indonesia saat itu mencoba buat jembatan supaya bisa sambung, tapi sampai jam 14.30 (waktu setempat) gagal. Sana ucapkan terima kasih, sini ucapkan terima kasih. Bilang Indonesia telah berusaha dengan baik. Sini juga. Terima kasih tapi gagal," kata Jokowi.

Dengan kondisi ini, lanjut Presiden, ekonomi dunia masih berpotensi dilanda ketidakpastian karena perang dagang AS dan China masih berlanjut.