Tompi: Anak muda harus berani bicara kebenaran

id Tompi,Anak muda harus berani bicara kebenaran

Tompi: Anak muda harus berani bicara kebenaran

Penyanyi dan penulis lagu Tompi. (ANTARA News/ Arindra Meodia)

Jakarta (Antaranews Kalteng) - Penyanyi sekaligus dokter bedah plastik dr. Teuku Adifitrian, Sp.BP atau akrab disapa Tompi mengajak anak muda untuk berani bicara untuk hal-hal yang benar. 

Hal ini dia contohkan melalui keberaniannya pada kasus Ratna Sarumpaet yang kala itu mendapat simpati dari banyak pihak.

Pasalnya, Ratna bercerita bahwa dia dianiaya oleh sekolompok orang di Bandara Sastranegara, Bandung, pada 21 September 2018.

Menurut Tompi, dirinya iba layaknya orang-orang lainnya saat melihat foto yang diposting di Twitter Fadli Zon. 

“Saya sama seperti teman-teman di sini. Kok jahat banget sih ada seorang ibu yang dipukuli. Akhirnya, saya telepon Glenn (Fredly) karena dia sahabat bisnis menantu Ibu Ratna, Rio (Dewanto). Kalau beliau (Ratna) memerlukan bantuan bedah plastik, I’ll do first dan saya menolong for free,” ujarnya saat bercerita dalam acara talkshow bertajuk Diplomacy Needs Action (DNA) di Balai Sidang, Universitas Indonesia, di Depok, Jumat. 

Tapi sayang, lanjutnya, Glenn memberitahukan kepada dirinya bahwa tidak ada respons dari Rio. 

Kasus Ratna Sarumpaet yang terus bergulir ini, sambungnya, membuat Tompi mendapatkan kiriman foto dan kronologis kejadian.

Namun, nurani dirinya terusik dengan pemberitaan tersebut dan mencoba mengamati lebih detil dan dia mencurigai bahwa penganiyaan itu adalah hasil dari bedah plastik. 

“Saya sempat ada syuting acara Tompi dan Glenn. Kebetulan saat itu ada pak Mahfud MD ada di situ. Saya katakan padanya,’Saya berani bertaruh karir bedah plastik saya. Ini pasti bedah plastik.’ Dan Pak Mahfud menanggapi saya untuk tidak berbicara hati-hati,” ungkap Tompi. 

Kendati demikian, Tompi yakin analisisnya benar karena setiap hari bergulat dengan pekerjaan sebagai dokter bedah plastik. 

“Saya melihat ada beberapa insisi atau sayatan di bagian kanan dan kiri yang sama. Ada pola bengkak yang mirip. Selain itu,ada foto lain, dimana seorang doter mengerjakan di waktu berbeda dengan pasien berbeda di ruangan yang sama. Saya prediksi itu sudah dua hari pascaoperasi,” tegasnya. 

Begitu saya ungkapkan hal tersebut, sambungnya, begitu banyak orang menghujat dirinya. 

“Saya dibilang enggak punya empati terhadap ibu. Bayangkan bila ibumu diperlakukan seperti itu. Orang kita ini gampang emosional tanpa mencari tahu kebenaran. Nanti kalau salah seperti tidak ada kejaidan apa-apa dan sulit untuk minta maaf,” imbuh Tompi. 

Coba bayangkan, lanjutnya, bila tidak ada yang berani “speak up”. 

"Bayangkan bila orang turun ke jalan gara-gara seorang ibu dipukul. Bukan tidak mungkin hal itu terjadi. Waktu itu ada desas-desus mau demo. Kalian bayangin orang berantem karena dikibulin," ujarnya. 

Ia berpesan agar berani mengungkapkan kebenaran karena ketika kejahatan itu dibiarkan artinya kita sama dengan orang yang berbuat jahat.