Pendangkalan alur Mentaya sudah sangat mengganggu pelayaran

id Pendangkalan alur Mentaya sudah sangat mengganggu pelayaran,Dinas Perhubungan,Fadlian Noor,Pelabuhan Sampit,Kotim,Kotawaringin Timur

Pendangkalan alur Mentaya sudah sangat mengganggu pelayaran

Lalu lintas kapal di alur Sungai Mentaya Sampit makin padat, namun terhambat pendangkalan alur karena kapal harus menyesuaikan kondisi pasang surut sungai. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara news Kalteng) - Pendangkalan muara dan alur Sungai Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, semakin parah dan dirasakan sangat mengganggu kelancaran lalu lintas kapal barang dan penumpang karena harus menunggu air pasang.

"Kami sudah sering menyampaikan dan mengusulkan ini kepada pemerintah pusat, namun hingga saat ini belum juga dilakukan pengerukan. Kami sangat berharap dilakukan pengerukan alur agar kapal makin lancar sehingga berdampak terhadap perekonomian daerah," kata Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur H Fadlian Noor di Sampit, Jumat.

Lalu lintas transportasi air di Sungai Mentaya cukup padat, khususnya barang dan penumpang di Pelabuhan Sampit. Pelabuhan ini bahkan menjadi pintu gerbang terbesar ekspor dan impor di Kalimantan Tengah.

Pendangkalan alur yang semakin parah membuat lalu lintas kapal sangat tergantung kondisi pasang surut sungai. Kapal hanya bisa masuk ke alur ketika sungai sedang pasang. Nakhoda harus pintar-pintar memanfaatkan kondisi karena jika terlambat maka kapal tidak akan bisa keluar atau masuk, sehingga harus tertahan di muara.

Kondisi ini dirasa cukup ironis, padahal Pelabuhan Sampit termasuk pelabuhan yang masuk dalam program tol laut. Fadlian yakin, jika alur dikeruk sehingga kapal bisa keluar dan masuk kapan saja maka peningkatan ekonomi dari sektor ini akan semakin besar.

"Pemerintah daerah berharap perhatian pemerintah pusat karena biaya untuk pengerukan alur sangat besar, sementara anggaran yang dimiliki pemerintah daerah cukup terbatas," kata Fadlian.

Kotawaringin Timur saat ini masuk program pemerintah pusat dalam masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk koridor Kalimantan, sehingga setiap tahun akan dilakukan pengembangan terhadap pelabuhan yang ada.

Kedalaman Sungai Mentaya saat ini sekitar minus 4 meter LWS (Low Water Spring) atau air pasang terendah. Dengan kedalaman tersebut, maksimal kapal kargo yang bisa masuk adalah sekitar 3000 DWT (Dead Weight Tonnage) dan untuk tongkang sekitar 5000 DWT.

Pengerukan alur terakhir dilakukan Juni 2015 lalu oleh Kementerian Pehubungan dengan mengucurkan dana APBN sekitar Rp34 miliar. Dana itu digunakan untuk mengeruk sekitar 500.000 meter kubik lumpur di ambang luar sepanjang 1,8 kilometer dengan lebar 60 meter dan kedalaman antara empat hingga lima meter.

Selain di muara, masih ada pendangkalan di alur dalam yakni dua titik di depan Pos TNI AL dan kawasan Serambut. Dua titik pendangkalan ini juga diusulkan untuk dikeruk agar lalu lintas kapal makin lancar.

Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Baslan mengatakan, pendangkalan alur membawa dampak cukup luas. Selain terhambatnya lalu lintas kapal, kondisi ini juga terkadang membuat kapal dihadapkan pada cuaca buruk saat keluar muara, sementara jika menunda keberangkatan maka sungai surut maka harus menunggu sungai pasang.

"Kalau dikeruk itu lumpur atau sedimentasinya bisa sampai satu juta meter kubik. Kami berharap ada pengerukan alur dan muara agar lalu lintas kapal semakin lancar," demikian Baslan.