"Sejak beberapa waktu lalu pemerintah kota menyampaikan agar kafe terapung milik kami tak dioperasionalkan lagi," kata salah satu pengelola kafe terapung, Murni di kawasan wisata Kereng Bangkirai, Palangka Raya, Kamis.
Dia mengungkapkan, salah satu alasan tersebut karena kafe terapung yang dimiliki tak memenuhi standar keamaman.
"Menurut Dinas Perhubungan Kota, kafe kami yang bagian bawahnya terbuat dari drum dinilai tak kuat menahan beban penumpang. Makanya kami diminta mengganti bagian bawah menggunakan dua perahu yang digandeng," katanya.
Meski demikian, menurut Murni selama beberapa tahun beroperasi, cafenya tidak pernah bermasalah. Apalagi setidaknya puluhan drum digunakan untuk mengapungkan kafe tersebut.
Pengelola kafe terapung lainnya, Kusmiati menambahkan, kafe tersebut merupakan kreativitas warga yang tidak ada ditempat lain.
"Selain itu kalau harus diganti bagian bawahnya menggunakan perahu, tentu kami juga perlu modal yang tidak sediki. Kami pun berharap pemerintah kota bisa memberi perhatian terkait kondisi tersebut," kata dia.
Terlebih lagi Wali Kota Palangka Raya periode 2008-2018 dan Dinas Perhubungan Kalimantan Tengah pun mengapresiasi kreativitas warga dikawasan Wisata Kereng bangkirai tersebut.
Dikonfirmasi terkait harapan masyarakat tersebut, sampai saat berita ini diturunkan belum ada pihak terkait yang memberikan tanggapan.
Kafe terapung merupakan salah satu wahana wisata di kawasan wisata air Hitam Kereng Bangkirai.
Kafe terapung yang merupakan kreativitas asli warga setempat itu biasa membawa wisatawan berkeliling danau dngan durasi sekitar 30 menit dengan tarif Rp10.000 per putaran.
Di kafe itu, sembari mengelilingi danau sejumlah wisatawan juga bisa menimati aneka minuman dan makanan ringaan yang dijajakan mengelola.
Kafe yang berbahan utama dari drum dan kayu itu memiliki penggerak yang dirakit dari mesin perahu. Wahana wisata itu pun menjadi salah satu pilihan favorit wisatawan saat berkunjung di objek wisata air hitam Kereng Bangkirai.
